Pelaksanaan kegiatan komunikasi pada prinsipnya disesuaikan dengan
kebutuhan sasaran yang akan membuat jalinan komunikasi. Jaringan
komunikasi disesuaikan dengan kebutuhan akan
mewujudkan bentuk komunikasi
yang menggambarkan proses dan pelaksanaan pelaksanaan komunikasi tersebut. Herbert mead mengatakan interaksi sosial dalam terjadi dalam bentuk utama yaitu: percakapan isyarat (interaksi non simbolik) dan penggunaan simbol-simbol penting (interaksi simbolik). Pernyataan tersebut menegaskan bahwa penekanan interaksi simbolik adalah pada konteks simbol, sebab disini orang mencoba memahami makna atau maksud dari suatu aksi yang dilakukan dengan yang lain.
yang menggambarkan proses dan pelaksanaan pelaksanaan komunikasi tersebut. Herbert mead mengatakan interaksi sosial dalam terjadi dalam bentuk utama yaitu: percakapan isyarat (interaksi non simbolik) dan penggunaan simbol-simbol penting (interaksi simbolik). Pernyataan tersebut menegaskan bahwa penekanan interaksi simbolik adalah pada konteks simbol, sebab disini orang mencoba memahami makna atau maksud dari suatu aksi yang dilakukan dengan yang lain.
Uraian diatas juga berkesinambungan dengan pendapat saefullah bahwa
hakikat komunikasi adalah proses penciptaan makna dengan menggunakan
simbol-simbol atau tanda-tanda. Allah SWT menebarkan simbol-simbol
atau tanda-tanda melalui dua ayat-Nya, yaitu: Pertama, ayat Quraniyah
(berbentuk firman Allah tertulis dalam kitab suci Al Quran) yang
berisi perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya. Kedua, ayat
Kauniyah yang berbentuk alam semesta. Berbagai peristiwa alam yang
sering terjadi, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor,
kebakaran hutan, dll. Merupakan tanda-tanda komunikasi Allah SWT
dengan makhluk-Nya. Apakah sebagai peringatan, bentuk ujian, musibah,
ataukah azab yang diberikan Allah kepada kita. Inilah yang akan kita
uraikan lebih mendalam, berkaitan dengan bentuk komunikasi dalam
dimensi spiritual yang lebih dikenal dengan komunikasi spritual.
Komunikasi
spiritual, menurut Nina Syam adalah komunikasi yang terjadi antara
manusia dan Tuhan, atau dapat pula dipahami bahwa komunikasi
spiritual berkenaan dengan persoalan agama. Agama mengajarkan kepada
kita, siapakah kita, apa tujuan hidup kita, dan mau ke mana arah
hidup kita? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita perlu
melakukan komunikasi spiritual. Bagaimana sesungguhnya komunikasi
kita dengan Tuhan? Kita dapat berkomunikasi dengan-Nya melalui
amalan-amalan batin, seperti sholat, berdoa, zikir, dan lain-lain.
Ketika kita melakukan ibadah sholat sesungguhnya kita sedang
melakukan komunikasi dengan Allah, sebagai komunikan (penerima pesan)
dan kita selaku komunikator (pengirim pesan).
Dalam menjalankan
sholat, berdoa, maupun berzikir kita berkonsentrasi penuh (khusyuk),
seolah-olah sedang berhadapan langsung dan melihat Tuhan. Sebagaimana
hadits Nabi Muhammad SAW, “Engkau beribadah kepada Allah
seolah-olah Engkau melihat Allah. Jika engkau tidak melihat-Nya,
yakinkan bahwa Allah melihat engkau”. Oleh karena itu, Ashari
Muhammad mengatakan : “Ketika mulut kita menyebut Allahu
Akbar,
hati juga mengaku Allah Maha Besar. Ketika jasad menghina iri, hati
kita juga menyungkur menghina diri. Dan ketika mulut memuji
mengagungkan Allah dan berdoa kepada Allah, hati juga memuja,
merintih, dan tenggelam dalam penyerahan diri kepada Allah. Inilah
inti komunikasi spiritual dengan Yang Maha Agung nan Maha Melihat”.
Definisi
Komunikasi dan Spiritual
Kata spiritual berasal dari bahasa Latin yaitu spiritus yang
berarti hembusan atau bernafas, kata ini memberikan makna segala
sesuatu yang penting bagi hidup manusia. Seseorang dikatakan memiliki
spirit yang baik jika orang tersebut memiliki harapan penuh, optimis
dan berfikir positif, sebaliknya jika seseorang kehilangan spiritnya
maka orang tersebut akan menunjukkan sikap putus asa, pesimis dan
berfikir negatif (Blais et al, 2002 ; Roper, 2002).
Menurut Aman spritualitas merupakan terjemahan dari kata ruhaniyah.
Ruhaniyah itu sendiri secara kebahasaan berasal dari kata ruh.
Al-Quran menginformasikan bahwa ruh manusia ditiupkan langsung oleh
Allah setelah fisik terbentuk dalam rahim.
Definisi lain menyatakan bahwa spiritualitas merupakan bagian inti
dari individu yang tidak terlihat dan memberikan makna dan tujuan
hidup serta hubungan dan keterikatan dengan Yang Maha Tinggi yaitu
Tuhan (Dewit-Weaver, 2001 dalam McEwen, 2003). Spiritualitas berbeda
dengan agama, spiritualitas merupakan konsep yang lebih luas yang
bersifat universal dan pribadi. Sedangkan agama
merupakan bagian dari spiritualitas yang terkait dengan budaya dan
masyarakat (McEwen, 2003)
Berdasarkan paradigma Laswell, komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media menimbulkan
efek tertentu. (Effendy, 2007:7). Berbagai defenisi spiritual menurut
sudut pandang masing-masing. Mahmoodishan (2010) dan Vlasblom (2012)
mendefenisikan spiritualitas merupakan konsep yang luas, sangat
subjektif dan individualis, diartikan dengan cara yang berbeda pada
setiap orang. Spiritualitas adalah kepercayaan seseorang akan adanya
Tuhan, dan kepercayaan ini menjadi sumber kekuatan pada saat sakit
sehingga akan mempengaruhi keyakinannya tentang penyebab penyakit,
proses penyembuhan penyakit dan memilih orang yang akan merawatnya
(Blais et al, 2002; Hamid, 2008).
Spiritual mengandung makna rohaniah atau batin. Selalu berkata jujur,
tidak pernah bohong (Saefullah, 2007). Menurut Nina syam (2006)
komunikasi spiritual adalah komunikasi yang terjadi antara manusia
dan Tuhan atau berkenaan dengan agama, melalui amalan-amalan batin,
seperti sholat, berdoa zikir dan lain-lain.
- Bentuk Komunikasi dalam Dimensi Spritual
Seperti uraian-uraian sebelumnya, komunikasi dalam spritual adalah
bentuk komunikasi kita dengan sang pencipta. Bentuk yang paling
konkritnya adalah doa, dari sabda Rasulullah doa adalah ibadah. Dari
hadits tersebut dapat kita telaah dalam setiap ibadah-ibadah yang
telah kita lakukan selalu terkandung doa didalamnya yang kita lakukan
untuk berkomunikasi dengan-Nya baik itu membaca Al-Quran, berdzikir,
shalat, berzakat, berpuasa, dan berhaji berikut akan kami uraikan:
- Membaca Al-Quran
Alquran sebagai kitab suci umat muslim merupan kalamullah atau
perkataan Allah yang diturunkan kepada rasulullah melalui malaikat
jibril. Komunikasi bersifat multi makna oleh karena itu di dalam
Alquran sebagai media komunikasi juga terdapat ayat ayat yang terbagi
dalam 2 jenis yaitu, ayat muhkamat (sudah jelas dan tidak rancu
maknanya) dan ayat mutasyabihat (tidak jelas atau samar-samar maksud
dan pengertiannya). Dengan membaca al-Quran kita dapat mengetahui
perbuatan apa yang dikehendaki dan dimurkai Allah.
- Berdzikir
Subhanallah, alhamdulillah, astagfirullah, Allahuakbar adalah
lafazh-lafazh dzikir yang biasa kita ucapkan sehari-hari. Arti zikir
sendiri dalam bahasa arab adalah mengingat. Dengan berdzikir kita
berkomunikasi, Allah Maha mendengar setiap ucapan dzikir kita,
Semakin mengingat Allah kita dapat merasakan Allah selalu terhubung
sehingga kita tidak akan berani melakukan prilaku buruk dan kita akan
selalu merasa aman dalam penjagaanNya.
- Shalat
Shalat merupakan tiang agama, salah satu ibadah yang diwajibkan bagi
setiap umat islam. Didalam shalat, hubungan antara kita dengan sang
pencipta terasa sangat dekat. Bahkan ketika kita bersujud Allah lebih
dekat dibandingkan urat leher kita. Setelah shalat pun kita selalu
memanjatkan doa-doa kita kepada Allah baik itu doa dalam masalah kita
maupun doa-doa tentang harapan kita.
- Berzakat
Menurut Qadir (2001) kewajiban zakat adalah pemantapan hubungan
vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama manusia
secara simulatan, kepatuhan inilah yang merupakan ibadah dalam rangka
mendekatkan diri.
- Berpuasa
Manusia purba sering berpuasa agar hajatnya terpenuhi. Misalnya,
mereka ingin agar tanah pertaniannya bertambah subur, agar tanamannya
menghasialkan buah yang banyak, atau agar dirinya sendiri lebih
produktif. Bagi mereka puasa adalah instrumen mediasi yang
menghubungkan manusia dengan sang Pencipta (Malik, 2003).
- Berhaji
Dari hadits Abu Hurairah “Para haji dan orang-orang yang
melaksanakan umrah itu adalah delegasi (tamu) Allah dan para
penziarah-Nya. Bilamana mereka memohon kepada-Nya niscaya Allah
memberinya, bilamana mereka memohon ampun kepada-Nya niscaya mereka
diampuni, bilamana mereka berdoa niscaya mereka dikabulkan, dan
bilamana mereka memohon pertolongan nicaya ditolong” (Lubis, 2001).
- Tujuan Komunikasi Spiritual
- Peningkatan kualitas iman dan taqwa
- Peningkatan kualitas ibadah
- Peningkatan kualitas akhlak
- Tercapainya perdamaian hakiki keselamatan dunia akhirat
Kesimpulan
- Bentuk hasil komunikasi dalam dimensi spritual adalah komunikasi spritual.
- Komunikasi spiritual adalah komunikasi yang terjadi antara manusia dan Tuhan atau berkenaan dengan agama, melalui amalan-amalan batin, seperti sholat, berdoa zikir dan lain-lain.
- Doa sebagai bentuk komunikasi spritual meliputi segala bentuk ibadah seperti, Membaca Al-Quran, Berdzikir, Shalat, Berzakat, Berpuasa dan Berhaji.
- Komunikasi spritual adalam bentuk upaya kita dalam menjalin komunikasi kita dengan Sang Pencipta dan semakin meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan menjaga ahlak kita sebagai umat muslim.
Sumber:
- Malik, Muhammad Rusli. Puasa. Jakarta : Pustaka Zahra, 2003.
- Qadir, Abdurrachman. Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.
- Lubis, Nabilah. Menyingkap Rahasia Ibadah Haji. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.
1 komentar:
komunjikasi dan spiritualitas memang bagian yang tak terpisahkan, ketika seorang hamba bermunajat pada sang khalik, sejatinya dia telah melakuikan komunikasi secara spiritual. hubungan transenden ini lah yang pada satu titik adalah komunikasi dengan sang Khalik.
lanjutkan tulisannya kawan terimaksih atas ide2nya
Posting Komentar