Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa ingin
berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan
sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya.
Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya.
Komunikasi diperlukan untuk mengatur tatakrama
pergaulan antar manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi
pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam
bermasyarakat, apakah ia seorang dokter, dosen, manajer, pedagang,
pramugari, pemuka agama dan sebagainya. Berbicara mengenai komunikasi
berarti kita pun akan berbicara mengenai bahasa. Hal ini dikarenakan
komunikasi dan bahasa merupakan satu kesatuan yang tak dapat
dipisahkan (bersifat komplementer). Sejarah telah mencatat bahwa tak
ada satu bangsa pun yang tidak mempunyai bahasa sebagai alat
komunikasi efektif dalam proses sosialnya.
Bahasa sebagai alat komunikasi tidak diragukan lagi keampuhannya
dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Betapa pun canggihnya,
tetap bahasa itu memiliki peran yang sangat penting dalam komunikasi
baik lisan maupun tulisan. Bahasa berisi pikiran, keinginan atau
perasaan yang ada pada pembicara atau pun penulis. Bahasa yang
digunakan hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan dapat diterima pendengar atau
pembaca untuk menciptakan komunikasi efektif.
Guna mencapai maksud tersebut, kalimat yang
digunakan juga harus bersifat efektif baik dari segi kesepadanan
kata, kesejajaran bentuk, penekanan dalam
kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata maupun
kevariasian dalam struktur kalimat yang
disebut dengan kalimat efektif.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan penggunaan kalimat efektif
juga ikut berpengaruh langsung dalam proses sosial seseorang dalam
bermasyarakat. Baik dari segi profesi, status sosial maupun keilmuan
dari seseorang agar komunikasi yang mereka lakukan dapat mudah
diterima oleh masyarakat.
Dalam penggunaan kalimat efektif ada beberapa hal yang perlu kita
perhatikan salah satu diantaranya definisi,
ciri-ciri kalimat efektif dan faktor-faktor
penyebab kalimat tidak efektif dengan makalah ini
akan kami bahas ulasannya.
- Pengertian Kalimat Efektif
Pengertian tentang kalimat efektif diungkapkan oleh Parera yaitu,
kalimat efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar
dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan
baik. Putrayasa juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif
yaitu suatu kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, informasi, dan
perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan
logikanya. Ciri-ciri kalimat efektif ialah kesatuan, kehematan,
penekanan, dan kevariasian.
Akhadiah, dkk. juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif
secara jelas dan terperinci yaitu: ”Setiap gagasan pikiran atau
konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke
dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik pertama sekali haruslah
memenuhi persyaratan gramatikal. Hasil ini berarti kalimat itu harus
disusun berdasarkan kaidah–kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah
tersebut meliputi : (1) unsur- unsur penting yang harus dimiliki
setiap kalimat, (2) aturan- aturan tentang Ejaan yang Disempurnakan,
(3) cara memilih kata dalam kalimat”. Akhadiah, dkk.juga
menyatakan: ”Agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi
kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh penulis
naskah perlu diperhatikan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri
kalimat efektif yaitu kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk,
penekanan dalam kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata,
kevariasian dalam struktur kalimat”.
Berdasarkan uraian diatas kita dapat mendefinisikan kalimat efektif ,
yaitu kalimat yang diungkapkan sengaja atau tidak sengaja
berupa gagasan pikiran, informasi, dan perasaan dengan tepat melalui
kalimat yang memenuhi syarat gramatikal yang ditinjau dari segi
diksi, struktur, dan logikanya.
- Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Dalam penggunaan kalimat efektif perlu diperhatikan beberapa
ciri-cirinya yaitu:
- Kesepadanan dan Kesatuan
Zubeirsyah dan Lubis mengatakan, “Kesepadanan dalam sebuah kalimat
efektif adalah hubungan timbal balik antara subjek dan predikat,
predikat dengan objek serta keterangan, yang semuanya berfungsi
menjelaskan unsur/bagian kalimat tersebut. Selain struktur/ bentuk
kesepadanan, kalimat efektif harus pula mengandung kesatuan ide
pokok/kesatuan pikiran. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa
ciri, seperti tercantum di bawah ini.
- Fungsi unsur subjek dan predikat kalimat jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat menyebabkan kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan
dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan
subjek.
Contoh:
Bagi semua mahasiswa Al-birr harus membayar uang
kuliah.
Kalimat diatas tidak menampilkan kesepadanan karena fungsi subjek
tidak jelas bukan apa atau siapa yang harus membayar uang kuliah.
Ketidakjelasan subjek disebabkan penggunaan kata depan bagi.
Kalimat di atas seharusnya ditulis seperti kalimat berikut (kalimat
efektif).
Semua mahasiswa Al-birr harus membayar uang kuliah.
- Tidak terdapat subjek ganda
Contoh:
Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para
dosen.
- Kata penghubung digunakan secara tepat
Contoh:
Kami datang terlambat. Sehingga kami tidak
dapat mengikuti perkuliahan
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami
tidak dapat mengikuti perkuliahan.
- Kata pewatas yang, kata keterangan aspek dan modalitas digunakan secara tepat
Contoh:
Mahasiswa Al-birr yang berasal dari makassar.
Kalimat pertama dapat diperbaiki dengan menghilangkan pewatas yang
karena antara subjek dan predikat tidak boleh disisipi dengan kata
lain. Berikut perbaikannya:
Mahasiswa Al-birr berasal dari Pulau Sumba.
- Kesejajaran Bentuk
Kesejajaran bentuk berarti pengungkapan pikiran/gagasan yang sama
fungsinya ke dalam suatu bentuk atau struktur yang sama pula. Bila
salah satu gagasan dinyatakan dalam bentuk kata benda, gagasan lain
yang memiliki fungsi yang sama dinyatakan dalam bentuk kata benda
pula. Bentuk-bentuk kata yang sejajar dalam sebuah kalimat
memperlihatkan gagasan yang sejajar pula. Kesejajaran antara gagasan
dan bentuk bahasa yang dipakai dapat mempermudah pembaca untuk
memahami makna kalimat.
Contoh:
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan
informasi, pencarian bahan bacaan, dan menyusun rancangan.
Kalimat diatas terdapat tiga unsur yang sama fungsinya, yaitu
mengumpulkan informasi, pencarian bahan bacaan, dan menyusun
rancangan. Akan tetapi, ketiga unsur tersebut tidak dinyatakan
melalui bentuk-bentuk yang sejajar. Pada kalimat Dengan demikian,
kalimat pertama tidak memiliki kesejajaran atau keparalelan. Ada dua
betuk perbaikan kalimat diatas:
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah pengumpulan
informasi, pencarian bahan bacaan, dan penyusunan rancangan.
Tahap akhir penelitian ini adalah menyusun laporan dan
menyerahkan hasil penelitian.
- Penekanan dalam Kalimat
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan dalam kalimat ialah
suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Kalimat itu
memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai
cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
- Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat)
Contoh:
Para dosen mengharapkan agar mahasiswa rajin
belajar.
Kalimat penekanannya adalah para dosen mengharapkan, sedangkan
kalimat dibawah penekananya pada harapan para dosen. Jadi, penekanan
kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Harapan para dosen ialah agar mahasiswa rajin
belajar.
- Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah,
telah dihabiskan untuk biaya kuliah anaknya.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah,
telah dihabiskan untuk biaya kuliah anaknya.
- Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
“Saya suka kecantikan mereka, saya suka
akan kelembutan mereka”.
- Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi
rajin dan jujur.
- Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
- Kehematan dalam Menggunakan Kata
Yang dimaksud dengan kehematan dalam menggunakan kata adalah hemat
mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak
perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang
dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh
untuk mempertahankan kehematan.
- Tidak mengulang subjek yang sama dalam kalimat
Contoh:
Setelah makalah ini diperbaiki, makalah ini akan
segera dipresentasikan.
Subjek induk kalimat dan subjek anak kalimat pada kalimat pertama
sama, yaitu makalah ini.Untuk menjaga kehematan, subjek yang sama
tersebut cukup disebutkan satu kali. Perlu diperhatikan bahwa subjek
yang harus dihilangkan adalah subjek yang terdapat pada anak kalimat.
Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.
Setelah diperbaiki, makalah ini akan segera
dipresentasikan.
- Tidak menjamakkan kata yang bermakna jamak
Contoh:
Banyak kata-kata bahasa Indonesia yang berasal dari
bahasa asing.
Kata banyak dan seluruh sudah bermakna jamak. Oleh karena itu, kata
benda yang mengikutinya tidak perlu diulang atau dijamakkan lagi.
Pengulangan kata benda dapat dilakukan jika kata yang bermakna jamak
yang mendahuluinya tidak dipakai. Perhatikan kalimat perbaikan
berikut ini.
Banyak kata bahasa Indonesia yang berasal dari
bahasa asing.
- Menghilangkan bentuk yang bersinonim
Contoh:
Tulisannya sangat rapi sekali.
Untuk menjaga kehematan, sebaiknya kita memilih salah satu dari
kata-kata yang diberi huruf tebal tersebut seperti kalimat seperti
yaitu:
Tulisannya sangat rapi.
Tulisannya rapi sekali.
- Menghilangkan kata superordinat pada kata yang merupakan hiponiminya
Contoh:
Kami berlangganan surat kabar Kompas.
Dimana engkau menangkap burung puyuh itu?
Surat kabar dan burung masing-masing merupakan superordinat dari
Kompas dan burung. Jadi, kedua kata tersebut, yaitu surat kabar dan
burung tidak perlu disebutkan.
Kami berlangganan Kompas.
Dimana engkau menangkap puyuh itu?
- Menghilangkan kata saling pada kata kerja resiprokal
Kata kerja resiprokal adalah kata kerja yang dilakukan oleh dua orang
atau dua pihak secara berbalasan. Karena dilakukan oleh dua pihak
secara berbalasan, pada kata kerja tersebut sudah terkandung makna
saling.
Contoh:
Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu saling
pukul-memukul.
Pukul-memukul sama artinya dengan saling memukul. Dengan demikian,
jika kita memakai kata kerja resiprokal pukul-memukul, kata saling
tidak perlu dipakai. Akan tetapi, jika kita akan memakai kata saling,
kata pukul-memukul kita ubah menjadi memukul. Perhatikan kalimat
perbaikan berikut ini.
Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu pukul-memukul.
Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu saling memukul.
Berkaitan dengan kehematan ini, unsur-unsur tertentu yang merupakan
bagian dari ungkapan idiomatik sebaiknya tidak dihilangkan. Ungkapan
idiomatik yang unsur-unsurnya tidak boleh dihilangkan itu antara lain
bergantung pada, terdiri atas, sesuai dengan, sejalan dengan,
berkaitan dengan, dibandingkan dengan, serta sehubungan dengan.
- Susunan kalimat dengan ketunggalan arti (Tidak Ambigu)
Bahasa formal dan ilmiah mensyaratkan ketunggalan arti. Dengan
demikian, kita harus secara saksama mempertimbangkan setiap kata,
kelompok kata, atau kalimat yang akan kita pakai agar pembaca
memahami hal yang kita ungkapkan persis seperti yang kita maksudkan.
Contoh:
Mereka mengeluarkan botol bir dari dapur yang
menurut hasil penelitian berisi cairan racun.
Pria dan wanita yang memakai pita akan mengikuti
lomba balap karung.
Pada kalimat pertama, apa yang berisi cairan racun itu, botol bir
atau dapur? Demikian juga kalimat kedua, siapa yang memakai pita itu,
wanita saja atau wanita dan pria? Jika yang berisi cairan racun itu
botol bir dan yang memakai pita itu hanya wanita, maka kedua kalimat
diatas perlu diubah menjadi seperti berikut.
Dari dapur, mereka mengeluarkan botol bir yang
menurut hasil penelitian berisi cairan racun.
Wanita yang memakai pita dan pria akan mengikuti
lomba balap karung.
- Susunan kalimat harus logis
Kalimat efektif harus gramatikal atau sesuai dengan kaidah tata
bahasa. Di samping harus gramatikal, kalimat juga harus logis, dalam
arti, harus mengandung penalaran atau logika yang baik atau dapat
diterima oleh akal sehat.
Contoh:
Pembangunan gedung kantor pusat yang diperkirakan menghabiskan
dana sekitar enam miliar itu akan dibangun tahun 2010.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makalah
ini selesai penulis susun.
Pada contoh pertama, subjek kalimatnya adalah pembangunan gedung
kantor pusat yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar enam miliar
itu dan predikatnya adalah akan dibangun. Pertanyaan yang segera
muncul adalah mungkinkah pembangunan itu dibangun? Jawabannya
tentu saja tidak karena pembangunan itu lazimnya dilaksanakan,
dilakukan, atau dimulai, bukan dibangun. Dengan demikian, dari segi
penalaran ada kejanggalan dalam kalimat tersebut. Kalimat kedua
dikatakan tidak logis karena tidak mungkin dengan mengucapkan puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, suatu pekerjaan, termasuk menyusun
makalah, dapat diselesaikan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini
dapat terjadi atau tidak terjadi apabila dikehendaki oleh Tuhan.
Segala sesuatu ada atau tidak ada karena kehendak-Nya. Dengan
demikian, supaya kedua kalimat di atas menjadi logis, yang dapat
diterima oleh akal sehat, kedeua kalimat tersebut dapat diubah
menjadi seperti berikut.
Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar
dua miliar itu akan dilaksanakan/dilakukan/dimulai tahun depan.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas kehendak-Nya makalah ini dapat diselesaikan.
- Kevariasian dalam Struktur Kalimat.
Panjang pendeknya variasi dalam kalimat mencerminkan jalan pikiran
seseorang. Mempergunakan kalimat yang panjang, akan menyebabkan orang
tidak dapat mengambil kesimpulan buah pikiran yang tertera di
dalamnya. Demikian pula bila seseorang sering menggunakan kalimat
atau kelompok kata atau kata yang sama, akan membosankan pula. Begitu
juga terlalu pendek-pendek kalimat yang disusun akan menjemukan juga.
Variasi dalam penulisan pilihan kata (diksi) atau variasi dalam tutur
kalimat yang tepat dan benar akan memberikan penekanan pada
bagian-bagian kalimat yang diinginkan. Agar tidak membosankan dan
menjemukan dalam penulisan kalimat diperlukan pola dan
bentuk/struktur yang bervariasi.
- Variasi Bentuk Pasif Persona
Bentuk pasif persona juga dapat dimanfaatkan sebagai variasi lain
dalam pengungkapan informasi. Kalimat di bawah ini misalnya dapat
dibentuk menjadi kalimat sesuai dengan informasi yang dipentingkan.
Contoh:
Masalah ini saya akan laporkan kepada dekan.
Saya akan laporkan masalah ini kepada dekan.
Dalam bentuk pasif persona semacam itu, kata ganti orang atau kata
ganti persona
langsung didekatkan pada kata kerjanya, tidak disisipi dengan unsur
lain.
Akan saya laporkan masalah ini kepada dekan.
Masalah ini akan saya laporkan kepada dekan.
- Variasi Bentuk Aktif – Pasif
Variasi bentuk aktif-pasif merupakan variasi penggunaan kalimat
dengan memanfaatkan kalimat aktif lebih dulu, kemudian diikuti oleh
kalimat pasif, atau sebaliknya.
Contoh:
Minggu depan kami akan mengadakan rapat
pimpinan. Dalam rapat itu akan dibahas berbagai
kasus yang muncul akhir-akhir ini.
Minggu depan akan diadakan rapat pimpinan.
Dalam rapat itu kami akan membahas berbagai
kasus yang muncul.
- Penyebab Kalimat Tidak Efektif
- Struktur Kalimat Tidak Kompak
Setiap kalimat minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang
menerangkan pokok) atau unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik
adalah kalimat yang menggunakan subjek dan predikat secara benar dan
kompak. Kekurangkompakan dan ketidakjelasan subjek dapat terjadi jika
digunakan kata depan di depan subjek. Misalnya penggunaan dalam,
untuk, bagi, di, pada, sebagai, tentang, dan, karena sebelum subjek
kalimat tersebut.
Contoh :
Bagi semua siswa harus memahami uraian berikut ini.
Dalam pembahasan ini menyajikan contoh nyata.
Sebagai contoh dari uraian di atas adalah perkalian di bawah ini.
Kalimat di atas menjadi tidak efektif karena unsurnya tidak lengkap.
- Kalimat Tidak Paralel
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tersusun secara paralel.
Keparalelan itu tampak pada jenis kata yang digunakan sebagai suatu
yang paralel dengan memiliki unsur atau jenis kata yang sama.
Kesalahan dalam menggunakan paralelis kata akan menjadikan kalimat
tersebut menjadi tidak efektif.
Contoh :
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan,
kelengkapan materi yang harus dilampirkan, penggambaran tahap-tahap
kegiatan, dan simpulan hasil pengujian.
Ketidakefektifan kalimat tersebut, karena memparalelkan jenis kata
menyusun, dengan kelengkapan, penggambaran, dan simpulan. Kalimat
tersebut memparalelkan “kegiatan” sebagai verba, maka kata
lainnya seharusnya menggunakan verba. Misalnya, kata menyusun
seharusnya berparalel dengan melampirkan (materi secara lengkap),
menggambarkan (tahap-tahap kegiatan), dan menyimpulkan (hasil
pengujian).
- Kalimat Bertele-tele.
Kalimat
efektif harus hemat. Kalimat hemat memiliki ciri kalimat
yang menghindari pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan
penjamakan kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh:
Air raksa ini harus dicampur dengan kain warna merah.
Kalimat di atas kurang efektif karena menggunakan kata bermakna
hiponimi, yaitu kata warna dan merah (merah merupakan salah satu
warna, sehingga tidak perlu menggunakan kata warna).
- Kalimat Tidak Berpadu.
Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan.
Kalimat yang tidak berpadu biasanya terjadi karena salah dalam
menggunakan verba (kata kerja) atau preposisi (kata depan) secara
tidak tepat.
- Kalimat Kurang Logis.
Kalimat yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau
pikiran sehat. Biasanya ketidaklogisan kalimat terjadi karena
pemilihan kata atau ejaan yang salah.
Contoh :
Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bersama-sama mulai
mengerjakan tugas tersebut.
Kalimat di atas memiliki makna yang tidak mungkin waktu dipersingkat,
kecuali acara yang dipersingkat atau waktu yang dihemat.
- Kontaminasi
Kontaminasi yang berarti merancukan 2 struktur benar 1 struktur
salah.
Contoh :
Contoh :
sangat baik sekali
sangat baik atau baik sekali
- Pleonasme
Pleonasme artinya berlebihan atau kalimat yang kata-katanya tumpang
tindih.
Contoh :
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
agar
supaya (agar bersinonim dengan supaya)
- Tidak Memiliki Subjek
Contoh :
Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
- Salah Nalar.
Contoh :
Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada
di belakang)
Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak
masuk, seharusnya presensi)
Bola gagal masuk gawang.
(kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
- Kesalahan Pembentukan kata
Contoh:
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
mensoal seharusnya menyoal
sejarawan seharusnya ahli sejarah
- Pengaruh bahasa asing
Contoh :
Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …)
seharusnya tempat
Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel)
kata daripada dihilangkan
Saya telah katakan … (I have told)
Ingat: pasif persona, seharusnya telah saya
katakan
- Pengaruh bahasa daerah
Contoh :
… sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka)
… sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka)
seharusnya sudah hadir
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo)
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo)
seharusnya mungkin
Kesimpulan
- kalimat efektif adalah kalimat yang diungkapkan sengaja atau tidak sengaja berupa gagasan pikiran, informasi, dan perasaan dengan tepat melalui kalimat yang memenuhi syarat gramatikal yang ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logikanya.
- Ciri-ciri kalimat efektif:
- Kesepadanan dan kesatuan
- Kesejajaran bentuk
- Penekanan dalam kalimat
- Kehematan dalam mempergunakan kata
- Kevariasian dalam struktur kalimat
- Penyebab-penyebab kalimat tidak efektif:
- Struktur kalimat tidak kompak
- Kalimat tidak pararel
- Kalimat bertele-tele
- Kalimat tidak berpadu
- Kalimat kurang logis
- Kontaminasi
- Pleonasme
- Tidak memiliki subjek
- Salah Nalar
- Kesalahan pembentukan kata
- Pengaruh bahasa asing
- Pengaruh bahasa daerah
- Ketepatan penyampaian makna melalui kalimat efektif sangat jelas dan sesuai. Dewasa ini lebih mudah untuk menciptakan komunikasi efektif, baik dari segi komunikasi antar individual maupun antar kelompok yang dapat menjadi modal seseorang dalam menjalankan profesinya masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar