Rabu, 14 Desember 2016

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF


Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya.
Komunikasi diperlukan untuk mengatur tatakrama pergaulan antar manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat, apakah ia seorang dokter, dosen, manajer, pedagang, pramugari, pemuka agama dan sebagainya. Berbicara mengenai komunikasi berarti kita pun akan berbicara mengenai bahasa. Hal ini dikarenakan komunikasi dan bahasa merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan (bersifat komplementer). Sejarah telah mencatat bahwa tak ada satu bangsa pun yang tidak mempunyai bahasa sebagai alat komunikasi efektif dalam proses sosialnya.
Bahasa sebagai alat komunikasi tidak diragukan lagi keampuhannya dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Betapa pun canggihnya, tetap bahasa itu memiliki peran yang sangat penting dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan. Bahasa berisi pikiran, keinginan atau perasaan yang ada pada pembicara atau pun penulis. Bahasa yang digunakan hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan dapat diterima pendengar atau pembaca untuk menciptakan komunikasi efektif.
Guna mencapai maksud tersebut, kalimat yang digunakan juga harus bersifat efektif baik dari segi kesepadanan kata, kesejajaran bentuk, penekanan dalam kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata maupun kevariasian dalam struktur kalimat yang disebut dengan kalimat efektif.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan penggunaan kalimat efektif juga ikut berpengaruh langsung dalam proses sosial seseorang dalam bermasyarakat. Baik dari segi profesi, status sosial maupun keilmuan dari seseorang agar komunikasi yang mereka lakukan dapat mudah diterima oleh masyarakat.
Dalam penggunaan kalimat efektif ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan salah satu diantaranya definisi, ciri-ciri kalimat efektif dan faktor-faktor penyebab kalimat tidak efektif dengan makalah ini akan kami bahas ulasannya.

  1. Pengertian Kalimat Efektif
Pengertian tentang kalimat efektif diungkapkan oleh Parera yaitu, kalimat efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Putrayasa juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif yaitu suatu kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, informasi, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logikanya. Ciri-ciri kalimat efektif ialah kesatuan, kehematan, penekanan, dan kevariasian.
Akhadiah, dkk. juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif secara jelas dan terperinci yaitu: ”Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik pertama sekali haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Hasil ini berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah–kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut meliputi : (1) unsur- unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, (2) aturan- aturan tentang Ejaan yang Disempurnakan, (3) cara memilih kata dalam kalimat”. Akhadiah, dkk.juga menyatakan: ”Agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh penulis naskah perlu diperhatikan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri kalimat efektif yaitu kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk, penekanan dalam kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata, kevariasian dalam struktur kalimat”.
Berdasarkan uraian diatas kita dapat mendefinisikan kalimat efektif , yaitu kalimat yang diungkapkan sengaja atau tidak sengaja berupa gagasan pikiran, informasi, dan perasaan dengan tepat melalui kalimat yang memenuhi syarat gramatikal yang ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logikanya.
  1. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Dalam penggunaan kalimat efektif perlu diperhatikan beberapa ciri-cirinya yaitu:
  1. Kesepadanan dan Kesatuan
Zubeirsyah dan Lubis mengatakan, “Kesepadanan dalam sebuah kalimat efektif adalah hubungan timbal balik antara subjek dan predikat, predikat dengan objek serta keterangan, yang semuanya berfungsi menjelaskan unsur/bagian kalimat tersebut. Selain struktur/ bentuk kesepadanan, kalimat efektif harus pula mengandung kesatuan ide pokok/kesatuan pikiran. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
  1. Fungsi unsur subjek dan predikat kalimat jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat menyebabkan kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
Bagi semua mahasiswa Al-birr harus membayar uang kuliah.
Kalimat diatas tidak menampilkan kesepadanan karena fungsi subjek tidak jelas bukan apa atau siapa yang harus membayar uang kuliah. Ketidakjelasan subjek disebabkan penggunaan kata depan bagi. Kalimat di atas seharusnya ditulis seperti kalimat berikut (kalimat efektif).
Semua mahasiswa Al-birr harus membayar uang kuliah.
  1. Tidak terdapat subjek ganda
Contoh:
Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
  1. Kata penghubung digunakan secara tepat
Contoh:
Kami datang terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti perkuliahan
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti perkuliahan.
  1. Kata pewatas yang, kata keterangan aspek dan modalitas digunakan secara tepat
Contoh:
Mahasiswa Al-birr yang berasal dari makassar.
Kalimat pertama dapat diperbaiki dengan menghilangkan pewatas yang karena antara subjek dan predikat tidak boleh disisipi dengan kata lain. Berikut perbaikannya:
Mahasiswa Al-birr berasal dari Pulau Sumba.
  1. Kesejajaran Bentuk
Kesejajaran bentuk berarti pengungkapan pikiran/gagasan yang sama fungsinya ke dalam suatu bentuk atau struktur yang sama pula. Bila salah satu gagasan dinyatakan dalam bentuk kata benda, gagasan lain yang memiliki fungsi yang sama dinyatakan dalam bentuk kata benda pula. Bentuk-bentuk kata yang sejajar dalam sebuah kalimat memperlihatkan gagasan yang sejajar pula. Kesejajaran antara gagasan dan bentuk bahasa yang dipakai dapat mempermudah pembaca untuk memahami makna kalimat.
Contoh:
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, pencarian bahan bacaan, dan menyusun rancangan.
Kalimat diatas terdapat tiga unsur yang sama fungsinya, yaitu mengumpulkan informasi, pencarian bahan bacaan, dan menyusun rancangan. Akan tetapi, ketiga unsur tersebut tidak dinyatakan melalui bentuk-bentuk yang sejajar. Pada kalimat Dengan demikian, kalimat pertama tidak memiliki kesejajaran atau keparalelan. Ada dua betuk perbaikan kalimat diatas:
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah pengumpulan informasi, pencarian bahan bacaan, dan penyusunan rancangan.
Tahap akhir penelitian ini adalah menyusun laporan dan menyerahkan hasil penelitian.
  1. Penekanan dalam Kalimat
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan dalam kalimat ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
  1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat)
Contoh:
Para dosen mengharapkan agar mahasiswa rajin belajar.
Kalimat penekanannya adalah para dosen mengharapkan, sedangkan kalimat dibawah penekananya pada harapan para dosen. Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Harapan para dosen ialah agar mahasiswa rajin belajar.
  1. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah dihabiskan untuk biaya kuliah anaknya.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah dihabiskan untuk biaya kuliah anaknya.
  1. Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka”.
  1. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
  1. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
  1. Kehematan dalam Menggunakan Kata
Yang dimaksud dengan kehematan dalam menggunakan kata adalah hemat mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mempertahankan kehematan.
  1. Tidak mengulang subjek yang sama dalam kalimat
Contoh:
Setelah makalah ini diperbaiki, makalah ini akan segera dipresentasikan.
Subjek induk kalimat dan subjek anak kalimat pada kalimat pertama sama, yaitu makalah ini.Untuk menjaga kehematan, subjek yang sama tersebut cukup disebutkan satu kali. Perlu diperhatikan bahwa subjek yang harus dihilangkan adalah subjek yang terdapat pada anak kalimat. Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.
Setelah diperbaiki, makalah ini akan segera dipresentasikan.
  1. Tidak menjamakkan kata yang bermakna jamak
Contoh:
Banyak kata-kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing.
Kata banyak dan seluruh sudah bermakna jamak. Oleh karena itu, kata benda yang mengikutinya tidak perlu diulang atau dijamakkan lagi. Pengulangan kata benda dapat dilakukan jika kata yang bermakna jamak yang mendahuluinya tidak dipakai. Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.
Banyak kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing.
  1. Menghilangkan bentuk yang bersinonim
Contoh:
Tulisannya sangat rapi sekali.
Untuk menjaga kehematan, sebaiknya kita memilih salah satu dari kata-kata yang diberi huruf tebal tersebut seperti kalimat seperti yaitu:
Tulisannya sangat rapi.
Tulisannya rapi sekali.
  1. Menghilangkan kata superordinat pada kata yang merupakan hiponiminya

Contoh:
Kami berlangganan surat kabar Kompas.
Dimana engkau menangkap burung puyuh itu?
Surat kabar dan burung masing-masing merupakan superordinat dari Kompas dan burung. Jadi, kedua kata tersebut, yaitu surat kabar dan burung tidak perlu disebutkan.
Kami berlangganan Kompas.
Dimana engkau menangkap puyuh itu?
  1. Menghilangkan kata saling pada kata kerja resiprokal
Kata kerja resiprokal adalah kata kerja yang dilakukan oleh dua orang atau dua pihak secara berbalasan. Karena dilakukan oleh dua pihak secara berbalasan, pada kata kerja tersebut sudah terkandung makna saling.
Contoh:
Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu saling pukul-memukul.
Pukul-memukul sama artinya dengan saling memukul. Dengan demikian, jika kita memakai kata kerja resiprokal pukul-memukul, kata saling tidak perlu dipakai. Akan tetapi, jika kita akan memakai kata saling, kata pukul-memukul kita ubah menjadi memukul. Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.
Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu pukul-memukul.
Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu saling memukul.
Berkaitan dengan kehematan ini, unsur-unsur tertentu yang merupakan bagian dari ungkapan idiomatik sebaiknya tidak dihilangkan. Ungkapan idiomatik yang unsur-unsurnya tidak boleh dihilangkan itu antara lain bergantung pada, terdiri atas, sesuai dengan, sejalan dengan, berkaitan dengan, dibandingkan dengan, serta sehubungan dengan.
  1. Susunan kalimat dengan ketunggalan arti (Tidak Ambigu)
Bahasa formal dan ilmiah mensyaratkan ketunggalan arti. Dengan demikian, kita harus secara saksama mempertimbangkan setiap kata, kelompok kata, atau kalimat yang akan kita pakai agar pembaca memahami hal yang kita ungkapkan persis seperti yang kita maksudkan.
Contoh:
Mereka mengeluarkan botol bir dari dapur yang menurut hasil penelitian berisi cairan racun.
Pria dan wanita yang memakai pita akan mengikuti lomba balap karung.
Pada kalimat pertama, apa yang berisi cairan racun itu, botol bir atau dapur? Demikian juga kalimat kedua, siapa yang memakai pita itu, wanita saja atau wanita dan pria? Jika yang berisi cairan racun itu botol bir dan yang memakai pita itu hanya wanita, maka kedua kalimat diatas perlu diubah menjadi seperti berikut.
Dari dapur, mereka mengeluarkan botol bir yang menurut hasil penelitian berisi cairan racun.
Wanita yang memakai pita dan pria akan mengikuti lomba balap karung.
  1. Susunan kalimat harus logis
Kalimat efektif harus gramatikal atau sesuai dengan kaidah tata bahasa. Di samping harus gramatikal, kalimat juga harus logis, dalam arti, harus mengandung penalaran atau logika yang baik atau dapat diterima oleh akal sehat.
Contoh:
Pembangunan gedung kantor pusat yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar enam miliar itu akan dibangun tahun 2010.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makalah ini selesai penulis susun.
Pada contoh pertama, subjek kalimatnya adalah pembangunan gedung kantor pusat yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar enam miliar itu dan predikatnya adalah akan dibangun. Pertanyaan yang segera muncul adalah mungkinkah pembangunan itu dibangun? Jawabannya tentu saja tidak karena pembangunan itu lazimnya dilaksanakan, dilakukan, atau dimulai, bukan dibangun. Dengan demikian, dari segi penalaran ada kejanggalan dalam kalimat tersebut. Kalimat kedua dikatakan tidak logis karena tidak mungkin dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, suatu pekerjaan, termasuk menyusun makalah, dapat diselesaikan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat terjadi atau tidak terjadi apabila dikehendaki oleh Tuhan. Segala sesuatu ada atau tidak ada karena kehendak-Nya. Dengan demikian, supaya kedua kalimat di atas menjadi logis, yang dapat diterima oleh akal sehat, kedeua kalimat tersebut dapat diubah menjadi seperti berikut.
Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar dua miliar itu akan dilaksanakan/dilakukan/dimulai tahun depan.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-Nya makalah ini dapat diselesaikan.
  1. Kevariasian dalam Struktur Kalimat.
Panjang pendeknya variasi dalam kalimat mencerminkan jalan pikiran seseorang. Mempergunakan kalimat yang panjang, akan menyebabkan orang tidak dapat mengambil kesimpulan buah pikiran yang tertera di dalamnya. Demikian pula bila seseorang sering menggunakan kalimat atau kelompok kata atau kata yang sama, akan membosankan pula. Begitu juga terlalu pendek-pendek kalimat yang disusun akan menjemukan juga. Variasi dalam penulisan pilihan kata (diksi) atau variasi dalam tutur kalimat yang tepat dan benar akan memberikan penekanan pada bagian-bagian kalimat yang diinginkan. Agar tidak membosankan dan menjemukan dalam penulisan kalimat diperlukan pola dan bentuk/struktur yang bervariasi.
  1. Variasi Bentuk Pasif Persona
Bentuk pasif persona juga dapat dimanfaatkan sebagai variasi lain dalam pengungkapan informasi. Kalimat di bawah ini misalnya dapat dibentuk menjadi kalimat sesuai dengan informasi yang dipentingkan.

Contoh:
Masalah ini saya akan laporkan kepada dekan.
Saya akan laporkan masalah ini kepada dekan.
Dalam bentuk pasif persona semacam itu, kata ganti orang atau kata ganti persona
langsung didekatkan pada kata kerjanya, tidak disisipi dengan unsur lain.
Akan saya laporkan masalah ini kepada dekan.
Masalah ini akan saya laporkan kepada dekan.
  1. Variasi Bentuk Aktif – Pasif
Variasi bentuk aktif-pasif merupakan variasi penggunaan kalimat dengan memanfaatkan kalimat aktif lebih dulu, kemudian diikuti oleh kalimat pasif, atau sebaliknya.
Contoh:
Minggu depan kami akan mengadakan rapat pimpinan. Dalam rapat itu akan dibahas berbagai kasus yang muncul akhir-akhir ini.
Minggu depan akan diadakan rapat pimpinan. Dalam rapat itu kami akan membahas berbagai kasus yang muncul.
  1. Penyebab Kalimat Tidak Efektif
  1. Struktur Kalimat Tidak Kompak
Setiap kalimat minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang menerangkan pokok) atau unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik adalah kalimat yang menggunakan subjek dan predikat secara benar dan kompak. Kekurangkompakan dan ketidakjelasan subjek dapat terjadi jika digunakan kata depan di depan subjek. Misalnya penggunaan dalam, untuk, bagi, di, pada, sebagai, tentang, dan, karena sebelum subjek kalimat tersebut.
Contoh :
Bagi semua siswa harus memahami uraian berikut ini.
Dalam pembahasan ini menyajikan contoh nyata.
Sebagai contoh dari uraian di atas adalah perkalian di bawah ini.
Kalimat di atas menjadi tidak efektif karena unsurnya tidak lengkap.
  1. Kalimat Tidak Paralel
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tersusun secara paralel. Keparalelan itu tampak pada jenis kata yang digunakan sebagai suatu yang paralel dengan memiliki unsur atau jenis kata yang sama. Kesalahan dalam menggunakan paralelis kata akan menjadikan kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
Contoh :
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, kelengkapan materi yang harus dilampirkan, penggambaran tahap-tahap kegiatan, dan simpulan hasil pengujian.
Ketidakefektifan kalimat tersebut, karena memparalelkan jenis kata menyusun, dengan kelengkapan, penggambaran, dan simpulan. Kalimat tersebut memparalelkan “kegiatan” sebagai verba, maka kata lainnya seharusnya menggunakan verba. Misalnya, kata menyusun seharusnya berparalel dengan melampirkan (materi secara lengkap), menggambarkan (tahap-tahap kegiatan), dan menyimpulkan (hasil pengujian).
  1. Kalimat Bertele-tele.
Kalimat efektif harus hemat. Kalimat hemat memiliki ciri kalimat yang menghindari pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh:
Air raksa ini harus dicampur dengan kain warna merah.
Kalimat di atas kurang efektif karena menggunakan kata bermakna hiponimi, yaitu kata warna dan merah (merah merupakan salah satu warna, sehingga tidak perlu menggunakan kata warna).
  1. Kalimat Tidak Berpadu.
Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan. Kalimat yang tidak berpadu biasanya terjadi karena salah dalam menggunakan verba (kata kerja) atau preposisi (kata depan) secara tidak tepat.
  1. Kalimat Kurang Logis.
Kalimat yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau pikiran sehat. Biasanya ketidaklogisan kalimat terjadi karena pemilihan kata atau ejaan yang salah.
Contoh :
Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bersama-sama mulai mengerjakan tugas tersebut.
Kalimat di atas memiliki makna yang tidak mungkin waktu dipersingkat, kecuali acara yang dipersingkat atau waktu yang dihemat.
  1. Kontaminasi
Kontaminasi yang berarti merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah.
Contoh :
sangat baik sekali
sangat baik atau baik sekali
  1. Pleonasme
Pleonasme artinya berlebihan atau kalimat yang kata-katanya tumpang tindih.
Contoh :
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
  1. Tidak Memiliki Subjek
Contoh :
Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
  1. Salah Nalar.
Contoh :
Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
Bola gagal masuk gawang. (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
  1. Kesalahan Pembentukan kata
Contoh:
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
mensoal seharusnya menyoal
sejarawan seharusnya ahli sejarah
  1. Pengaruh bahasa asing
Contoh :
Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …)
seharusnya tempat
Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel)
kata daripada dihilangkan
Saya telah katakan … (I have told)
Ingat: pasif persona, seharusnya telah saya katakan
  1. Pengaruh bahasa daerah
Contoh :
… sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka)
seharusnya sudah hadir
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo)
seharusnya mungkin
Kesimpulan
  1. kalimat efektif adalah kalimat yang diungkapkan sengaja atau tidak sengaja berupa gagasan pikiran, informasi, dan perasaan dengan tepat melalui kalimat yang memenuhi syarat gramatikal yang ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logikanya.
  2. Ciri-ciri kalimat efektif:
  • Kesepadanan dan kesatuan
  • Kesejajaran bentuk
  • Penekanan dalam kalimat
  • Kehematan dalam mempergunakan kata
  • Kevariasian dalam struktur kalimat
  1. Penyebab-penyebab kalimat tidak efektif:
  • Struktur kalimat tidak kompak
  • Kalimat tidak pararel
  • Kalimat bertele-tele
  • Kalimat tidak berpadu
  • Kalimat kurang logis
  • Kontaminasi
  • Pleonasme
  • Tidak memiliki subjek
  • Salah Nalar
  • Kesalahan pembentukan kata
  • Pengaruh bahasa asing
  • Pengaruh bahasa daerah

  1. Ketepatan penyampaian makna melalui kalimat efektif sangat jelas dan sesuai. Dewasa ini lebih mudah untuk menciptakan komunikasi efektif, baik dari segi komunikasi antar individual maupun antar kelompok yang dapat menjadi modal seseorang dalam menjalankan profesinya masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar