Rabu, 14 Desember 2016

PENGANTAR PSlKOLOGI SOSIAL

BAB I : PENGERTIAN PSIKOLOGI SOSIAL
Psikologi sosial adalah cabang ilmu psikologi yang meneliti dampak atau pengaruh sosial terhadap prilaku manusia. Bidang ini sangat luas, mencakup berbagai bidang studi dan beberapa disiplin ilmu.
  1. Psikologi Sosial Menurut Para Ahli
Menurut Gordon dan Allport (1985), psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaa, dan tingkah laku seseorang yang dipengaruhi oleh orang lain baik secara nyata atau aktual, bayangan atau imajinasi, dan kehadiran yang tidak langsung.
Sarlito Wirawan telah menyimpulkan beberapa definisi psikologi sosial, membedakan tiga wilayah studi psikologi sebagai berikut:
  1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu.
  2. Studi tentang proses-proses individual bersama misalnya bahasa, sikap sosial, dan sebagainya.
  3. Studi tentang interaksi kelompok.
  1. Konsep Dasar Psikologi Sosial
Interaksi sosial manusia di masyarakat, baik itu antar individu, antara individu dengan kelompok atau antar kelompok, tidak dapat dilepaskan dari fenomena kejiwaan. Prilaku kejiwaan manusia dalam konteks sosial ini, merupakan objek psikolog sosial.
  1. Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial
Akar psikologi sosial diletakkan di akhir 1800-an, ketika psikologi menjadi suatu disiplin yang berkembang di Eropa. Ketika Perang Dunia Pertama, banyak psikologi hijrah ke Amerika Serikat. Psikologi mulai muncul sebagai suatu disiplin yang berbeda pada tahun 1920. Salah satu pengaruh utama dalam bidang itu adalah Kurt Lewin, yang disebut “bapak” psikologi sosial oleh beberapa orang.
Kelahiran psikologi sosial di Indonesia diawali dengan munculnya bagian psikologi sosial di fakultas psikologi di Universitas Indonesia pada tahun 1967.
  1. Persamaan dan Perbedaan Psikologi dengan Psikologi Sosial dan Ilmu Jiwa
Persamaan psikologi dengan psikologi sosial dan ilmu jiwa yaitu sama-sama mempelajari jiwa manusia yang tercermin dari tingkah lakunya. Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut:
  1. Psikologi hanya mempelajari kejiwaan dan ekspresi manusia yang tidak dipengaruhi oleh latar belakang sosial.
  2. Psikologi sosial menyelidiki gejala psikis manusia dalam hubungannya dengan manusia lain dengan melihat pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku individu.
  3. Ilmu jiwa dipergunakan adalam artian lebih luas daripada istilah psikologi yang meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, khayalan dan spekulasi mengenai jiwa itu.
BAB II: HUBUNGAN PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA
Serge Moscovici, menyatakan bahwa psikologi sosial adalah jembatan di antara cabang-cabang pengetahuan sosial lainnya sebab psikologi sosial mengakui pentingnya memandang individu dalam suatu sistem sosial yang lebih luas.
  1. Hubungan Psikologi Sosial dan Sosiologi
Sosiologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat. Psikologi mempunyai hubungan yang sama dengan sosiologi, yaitu mempelajari tentang keadaan manusia.

  1. Hubungan Psikologi Sosial dan Antropologi
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya, dan khususnya mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan dihasilkan. Sehingga dapat disimpulkan antropologi mengamati manusia dan lingkungan (pendekatan eksternal) dan psikologi mengamati serta mempelajari tingkah laku manusia ( pendekatan internal).
  1. Hubungan Psikologi Sosial dan Ilmu Politik
Psikologi sosial mengamati kegiatan manusia dari segi ekstern dan intern untuk itulah mengapa ilmu politik dapat menganalisis lebih mendalam makna, peran orang yang kuat serta ciri-ciri kepribadian yang memungkinkannya memainkan peran besar.
  1. Hubungan Psikologi Sosial dengan Ilmu Alam.
Pada permulaan abad ke-19, penelitian psikologi banyak terpengaruh oleh ilmu alam. Namun, pada dasarnya psikologi scara prinsipil dan secara metodik, sangatlah berbeda dengan ilmu pengetahuan alam, orang meneliti objeknya secara murni ilmiah, dengan menggunakan hukum-hukum dan gejala-gejala penampakan yang bisa diamati dengan cermat. Sebaliknya, psikologi berusaha mempelajari diri manusia, bukan “objek” murni, teteapi dalam bentuk kemanusiaannya.
  1. Hubungan Psikologi Sosial dan Ilmu Filsafat
Filsafat adalah akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Filsafat memerlukan data ilmu. Jika ahli filsafat menyelidiki adakah manusia, gejala tindakan manusia harus diketahui. Dalam hal ini, ilmu yang bernama psikologi akan menolong filsafat sebaik-baiknya dengan hasip penelitiannya.
  1. Hubungan Psikologi Sosial dan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik jika tidak didasarkan pada psikologi perkembangan. Hubungan kedua disiplin ilmu ini melahirkan psikologi pendidikan.
BAB III : DASAR-DASAR PRILAKU INDIVIDU DALAM MASYARAKAT KELOMPOK SOSIAL
  1. Individu, Kelurga dan Masyarakat
Dalam pandangan psikologi sosial, manusia disebut individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dan bukan lagi mengikuti pola tinngkah laku umum. Keberhasilan menyesuaikan diri sebagai individu dan sebagai bagian dari masyarakatnya bisa memberikan konotasi tertentu dalam arti sosial. Artinya, individu tersebut dapat menemukan kepribadiaannya, atau dengan kata lain, proses aktualisasi sebagai begaian dari lingkungannya telah terbentuk.
Keluarga adalah unit satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini berhubungan dengan perkembangan individu, yang dikenal dengan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.
Dalam psikologi sosial, masyarakat dinyatakan sebagai sekelompok manusia dalam suatu kebersamaan hidup dan dengan wawasan hidup yang bersifat kolektif, yang menunjukkan keteraturan tingkah laku warganya guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan masing-masing dalam perkembangannya masyarakat dikelompokkan dalam 2 golongan, masyarakat sederhana dan masyarakat maju.
  1. Perilaku Manusia
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas manusia yang mempunyai cakupan yang sangat luas. Tindakan manusia biasanya dibagi ke dalam dua kelompok yaitu, tindakan sadar dan tindakan tidak sadar. Dalam kedua bentuk itu, hanya tindakan sadar yang dipertanggung jawabkan manusia dihadapan tuhan yang secara simultan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya dari faktor internal, insting biologis, menimbulkan sikap rakus, kebutuhan psikologis dan pikiran. Sedangkan faktor eksternalnya berasal dari lingkungan keluarga, sosial, maupun pendidikan.
  1. Manusia dan Lingkungannya
Hidup dan kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pengaruh lingkungan. Tuntutan kebutuhan hidup mendorong manusia beradaptasi dengan lingkungan melalui berbagai cara sesuai kemampuan, bahkan dorongan ini tidak terbatas pada adaptasi, melainkan memotivasi dan memberdayakannya melalui penyeimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB IV : Persepsi Masyarakat dan Pengukurannya
Manusia mempunyai motif atau dorongan sosial. Dengan adanya motif atau dorongan sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau interaksi, sehingga memunculkan adanya interaksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain.
  1. Prasangka
Prasangka merupakan suatu kekeliruan persepsi terhadapa orang yang berbeda, atau suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip.
  1. Psikologi Masyarakat
Dalam, hal ini Danandjaja (1988) ingin menggabungkan antara gagasan lama tentang sifat adaptasi pranata sosial terhadap kondisi lingkungan dengan modifikasi karakterologi psiko anlitik. Apa yang berhubungan dengan kepribadian tipikal dati suatu kebudayaan adalah kebutuhan objektif yang dihadapi suatu masyarakat. Agar hubungan itu efektif, suatu masyarakat perlu menerjemahkannya kedalam unsur-unsur watak (traits) dari individu anggotanya agar mereka bersedia melaksanakan apa yang harus mereka lakukan. Lepas dari pengertian aslinya, kebudayaan diartikan sebagai kompleksitas sistem nilai dan gagasan vital yang menguasai atau merupakan pedoman bagi terwujudnya pola tingkah laku bagi masyarakat pendukungnya.
  1. Persepsi Sosial
Dalam pengertian psikologi, persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Jadi, persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan juga keadaan diri individu yang bersangkutan.
  1. Teori Atribusi
Teori ini mencoba menggambarkan komunikasi seseorang yang berusaha meneliti, menilai, dan menyimpulkan sebab-sebab dari suatu tindakan atau tingkah laku yang dilakukan orang lain.
Ada tiga teori yang berkaitan erat dengan teori atribusi ini, yakni teori yang berkembang pada bidang psikologi. Pertama, teori yang dikembangkan sebagai Naive psychology yang mencoba mendiskripsikan bagaimana masyarakat bertindak, dan kedua, Corespondent Inference, yang menekankan pada pengkajian intensional, dan ketiga Covariation Model, yang mencoba menjelaskan tindakan seseorang dengan mengajukan pertanyaan sekitar konsensus, konsistensi, dan perbedaan serta kemampuan untuk mengontrol.
BAB V : SIKAP SOSIAL DAN PERUBAHANNYA
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap, baik sebagai individu maupun kelompok.
  1. Hubungan Sikap dan Prilaku
Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh terhadap perilaku individu. Kecenderungan individu untuk melakukan tindakan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungkan sehingga menghasilkan pembentukan perilaku atau kebiasaan serta konsistensi sikap dan prilaku yang disimpulkan oleh Worchel dan Cooper (1983) bahwa sikap dan perilaku bisa konsisten apabila ada kondisi spesifikasi sikap dan perilaku, relevansi sikap terhadap perilaku, tekanan normatif, dan pengalaman.
  1. Interaksi Sosial
Interaksi sosial menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antar orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok, maupun antar orang perorangan dengan kelompok. Interaksi sosial tidak selalu ditandai dengan mengadakan kontak muka atau berbicara, tetapi interaksi sosial bisa terjadi manakala masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan. Hal itu menimbulkan kesan dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya. Dalam hal ini, setidaknya memenuhi syarat adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama, akomodasi sebagai suatu usaha meredakan pertentangan, akulturasi atau perubahan kebudayaan, asimilasi yang ditandai dengan adanya usaha untuk mengurangi perbedaan antara kelmpok-kelompok yang bergaul cukup lama, persaingan yang ditimbulkan oleh perebutan sesuatu yang jumlahnya terbatas, dan pertentangan yang berusaha untuk menentang pihak lawan guna mencapai tujuan. Secara rinci, benruk-bentuk interaksi sosial adalah sebagai berikut:
  1. Kerja sama (coorperation).
  1. Bargaining adalah pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang.
  2. Cooptation adalah suatu penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan baru dalam organisasi atau kehidupan poitik.
  3. Coalition adalah penggambungan dua organisasi atau lebih untuk mencapai tujuan bersama.
  4. Joint venture adalah kerja sama dalam pendirian atau penyelesaian proyek-proyek tertentu.
  1. Akomodasi.
  1. Coercion adalah suatu akmodasi yang prosesnya dilaksanakan secara paksaan, dimana salah satu pihak menguasai pihak lain.
  2. Compromise adalah suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang saling berlawanan saling mengurangi tuntutannya dengan mengadakan kesepakatan-kesepakatan.
  3. Arbitation adalah penyelesaian melalui pihak ketiga apabila masing-masing pihak yang bertentangan tidak mampu menyelesaikan sendiri.
  4. Mediation adalah penyelesaian sengketa yang menyerupai arbitation, tetapi pihak ketiga hanya sebagai perantara dan tidak mempunyai kewenangan mengambil prakarsa.
  5. Conciliation adalah usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih, agar tercapai persetujuan bersama.
  6. Toleration adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan bersama untuk menghindari perselisihan.
  7. Stalemate (buntu) adalah pihak-pihak yang saling bertentangan karena mempunyai kekuatan seimbang dan berhenti pada suatu titik tertentu ketika terjadi pertentangan.
  8. Adjudication adalah penyelesaian perkara atau sengketa melalui pengadilan.
  1. Akulturasi terjadi apabila suatu kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu berinteraksi dengan unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawa kelomok lain, sehingga lambat laun unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan yang telah ada.
  2. Asimilasi.
Faktor-faktor yang mempersulit terjadinya asimilasi, antara lain:
  1. Perbedaan ciri-ciri badaniah.
  2. Identitas sosial khas yang terus menerus dipertahankan.
  3. Dominasi ekonomi dan kelompok tertentu.
  4. Terisolasinya kelompok tertentu dalam suatu kawasan, akan menyulitkan pembauran asimilasi.
  1. Persaingan.
  2. Pertikaian atau pertentangan.
Bentuk-bentuk pertentangan, antara lain:
  1. Pertentangan pribadi.
  2. Pertentangan rasial.
  3. Pertentangan anatara kelas-kelas sosial.
  4. Pertentangan politik.
  5. Pertentangan yang bersifat internasional.
  1. Komunikasi
Komunikasi terjadi ketika sinyal-sinyal membawa pesan yang berisi informasi antara sumber (sender) dan penerima (receiver). Semua sistem komunikasi, tanpa memandang sederhananya atau kerumitannya, berlangsung dengan prinsip yang sama. Sistem ini mencerminkan adaptasi spesies terhadap kepentingan aspek ekologis tertentu dimana komunikasi mempertahankan daya tahan hidupnya. Bahasa dapat dianggap sebagai hal yang sejenis, dari adaptasi yang sama. Sistem-sistem komunikasi menggunakan 2 jenis sinyal, yakni tanda (sign) dan simbol (symbol). Sign adalah isyarat-isyarat yang secara kausal berhubungan dengan pesan yang disampaikan. Sedangkan simbol, adalah produk dari kesepakatan sosial.
Dalam komunikasi manusia, sinyal-sinyal mengungkapkan sesuatu yang menyatakan bahwa hal tersebut memiliki makna. Semua bahasa mampu menumbuhkan sejumlah pesan yang bermakna tanpa batas yang berasal dari sinyal-sinyal yang terbatas. Bahasa memungkinkan untuk berkomunikasi tentang sesuatu yang jauh dari ruang dan waktu, atau yang hanya ada dalam imajinasi.
Empat paradigma komunikasi. Pertama, The Encoding-Decoding Paradigm dengan penggunaan kata-kata, frase-frase, dan kalimat-kalimat untuk menyampaikan makna. Kedua, The Intentionalist Paragdim dengan memahami bahasa komunikasi sebagai sebuah proses dimana pembicara meng-encode ide-idenya dalam kata, frase, dan kalimat, dan pendengar meng-decode sinyal-sinyal ini agar mengerti ide-ide yang terkandung didalamnya Ketiga, Perspective-Taking Paradigm dengan memahami dan mengidentifikasi niat komunikatif yang melandasi ucapan yang tidak diragukan lagi karena orang tidak selalu menganggap dunia ini secara sama. Keempat, Dialogic Paradigm dari sudut pandang dialogis, percakapan merupakan model untuk komunikasi, dan pertukaran yang komunikatif mencerminkan pencapaian bersama oleh para partisipan, yang bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan komunikasi.
  1. Kelompok
Menurut Show (1979), kelompok adalah “as two or more people who interact with and influence one other”, yakni satu atau dua orang anggotanya saling berinteraksi satu dengan yang lain, dan karenanya saling mempengaruhi. Kelompok menggunakan caranya sendiri untuk mempengaruhi individu, biasanya dengan norma atau aturan-aturan yang ada didalamnya. Norma dalam rumah, masyarakat, dan kebudayaan, perusahaan atau organisasi secara umum inilah salah satu faktor yang membuat kita terpengaruh untuk memunculkan perilaku berbeda ketika sedang berada dalam kelompok.
BAB VI : PRASANGKA SOSIAL
  1. Prasangka
Menurut Sears, individu yang berprasangka pada umumnya memiliki sedikit pengalaman pribadi dengan kelompok yang diprasangkai. Prasangka cenderung tidak didasarkan pada fakta-fakta objektif, tetapi didasarkan pada fakta-fakta yang minim, yang diinterpretasikan secara subjektif. Ciri-ciri prasangka sosial menurut Brigham (1991) dapat dilihat dari kecenderungan individu untuk membuat kategori sosial. Kategori sosial adalah kencenderungan untuk membagi dunia sosial menjadi dua kelompok, yaitu “kelompok kita” (in group) dan “kelompok mereka” (out group). Sumber penyebab prasangka sosial terhadap kelompok tertentu bukanlah suatu tanggapan yang dibawa sejak lahir tetapi merupakan sesuatu yang dipelajari.
Dampak prasangka sosial dapat menjadikan seseorang atau kelompok tertentu tidak mau bergabung atau bersosialisasi dengan kelompok lain. Apabila kondisi tersebut terdapat dalam oragnisasi, hal itu akan mengangganggu kerja sama yang baik sehingga upaya pencapaian tujuan oragnisasi kurang dapat terealisir dengan baik.
  1. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakuakan seseorang atau sesuatu badan, yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Beberapa kualitas yang membedakan pemimpin dan pengikutnya antara lain pemimpin cenderung lebih unggul dalam kemampuan membantu kelompok meraih tujuan dan pemimpin cenderung punya keterampilan interpersonal yang membantu menyesuaikan interaksi kelompok. Menurut kaum dinamika kelompok, perlu adanya ciri kecakapan umum yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar interaksi kelompok dapat berjalan lancar dan produktif.
  1. Masa Remaja dan Sikap
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundanmental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama masa remaja tidak selalu dapat diselesaikan dengan baik. Namun, pada dasarnya, semua kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat diminimalisir bahkan dihilangkan, jika orang tua, guru, dan masyarakat mampu memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental remaja dan mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja.
  1. Pembentukan dan Pengaruh Sikap
Pengaruh sosial sering membentuk sikap kita jauh sebelum kita pernah berjumpa dengan objek sikap tersbut. Pengaruh sosial dimaksud, menurut Azwar (1995:30), adalah faktor-faktor yang akan membentuk sikap manusia, yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, intitusi atau lembaga pendidikan agama serta faktor emosi dalam diri individu.
BAB VII : PENGARUH SOSIAL DAN KONTROL PRIBADI
  1. Konformitas
Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Aturan-aturan yang mengatur bagaimana individu seharusnya dan sebaliknya berperilaku disebut dengan norma sosial. Aturan-aturan ini juga kerap kali memberikan efek yang kuat pada tingkah laku individu. Awalnya kecenderungan yang kuat terhadap konformitas yang membuat kita mengikuti harapan masyarakat atau kelompok mengenai bagaimana seharusnya kita bertindak di berbagai situasi, membuat kita menghindari kekacauan social secara sengaja.
Berdasarkan penelitian-penelitian Solomon Asch, banyak orang melakukan perilaku-perilaku tertentu yang sesuai dengan norma sosial atau norma kelompok walaupun hal tersebut tidak mereka yakini sebagai suatu kebenaran yang dilakukan.
  1. Kesepakatan
Kesepakatan adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang meliputi permintaan langsung dari seseorang kepada orang lain. Prinsip-prinsip dasar kesepakatan antara lain, pertemanan dan rasa suka, komitmen dan konsistensi, kelangkaan, timbal balik atau resiprositas, validasi sosial, dan kekuasaan.
  1. Kepatuhan
Kepatuhan adalah suatu bentuk pegaruh sosial dimana seserang hanya perlu memerintahkan satu orang lain atau lebih untuk melakukan satu atau beberapa tindakan.
  1. Indoktrinasi Intensif
Indoktrinasi intensif adalah suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota suatu kelompok ekstrem dan menerima kepercayaan serta aturan-aturan dari kelompok tanpa banyak bertanya.
Indoktrinasi intensif berhasil dilakukan dikarenakan satu hal yang pasti, yaitu berkurangnya kapasitas perhatian. Kelompok ekstrem menggunakan beragam taktik memastikan bahwa anggota baru tidak mampu berpikir secara hati-hati atau sistematis. Hal ini akan memudahkan mereka untuk dipengaruhi oleh usaha-usaha kelompok dalam membentuk ulang sikap dan tingkah laku mereka. Hal tersebut dilakukan dengan cara seperti membuat anggota baru kelelahan (misalnya, kurang tidur atau gizi yang buruk), terangsang secara emosional, dan terisolasi dari kehidupan mereka yang lampau.
BAB VIII : KETERTARIKAN INTERPERSONAL DAN DAYA TARIK FISIK
  1. Ketertarikan Interpersonal
Ketertarikan interpersonal adalah sikap seseorang mengenai orang lain dimana ketertarikan meliputi evaluasi sepanjang suatu dimensi yang berkisar dari sangat suka hingga sangat tidak suka. Semakin dekat jarak fisik, semakin besar pula kemungkinan dua orang atau lebih yang mengalami kontak secara langsung dan mengalami repeated exposure.
Repeated exposure adalah kontak yang terjadi secara terus-menerus dengan sebuah stimulus. Riset Zajonc membuktikan bahwa paparan berulang terhadap stimulus apapun yang sedikit negatif, netral atau positif akan berakibat pada meningkatnya evaluasi positif terhadap stimulus tersebut.
  1. Kedekatan Afektif: Emosi Positif dan Negatif
Keadaan emosional kita, apa pun itu, dapat memengaruhi persepsi, kognisi, motivasi, pengambilan keputusan, dan ketertarikan interpersonal. Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa emosi positif dan negatif mewakili dua dimensi terpisah dan berdiri sendiri yang terefleksikan pada penilaian diri.
Pemisahan emosi semacam ini memungkinkan kita untuk memberikann aspek yang signikan dimana afek positif memungkinkan kita untuk mncari dan mengeksplorasi aspek baru dalam lingkungan. Sementara itu, di saat yang bersamaan, afek negatif membantu kesiagaan dan kemungkinan mundur jika diperlukan.
  1. Pengaruh manipulasi efek
Sangat jelas terlihat bahwa evaluasi interpersonal kita dipengaruhi oleh faktor-faktor afektif, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sementara itu, informasi negatif juga dapat memengaruhi evaluasi negatif. Sebuah informasi negarif dapat memberi pengaruh yang cukup besar terhadap reduksi evaluasi positif yang diasumsikan sebelumnya.
  1. Teori Ketertarikan
Ada beberapa teori yang bisa menjelaskan mengapa manusia bisa saling tertarik satu dengan yang lain. Teori-teori tersebut adalah:
  1. Teori kognitif
Teori kognitif menekankan proses berpikir sebagai dasar yang menentukan tingkah laku.
  1. Teori penguatan
Teori pengutan berusaha menemukan bagaimana ketertarikan datang untuk pertama kalinya. Dasar teori ini cukup sederhana, yaitu orang ditarik oleh hadiah dan ditolak dengan hukuman.
  1. Teori interaksionis
Teori ini dikembangkan dalam situasi alamiah di mana suatu keputusan selalu dihubungkan kepada situasi sosial di mana seseorang menemukan dirinya sebagai suatu konsep.
  1. Daya tarik fisik
Daya tarik fisik memliki karakteristik yang dapat diamati lainnya dalam memengaruhi evaluasi awal interpersonal adalah fisik, berat badan, gaya perilaku, pemilihan makanan, nama depan, karakteristik lain yang superfisial. Daya tarik fisik memengaruhi berbagai jenis evaluasi interpersonal, termasuk rasa suka, penilaian terhadap bersalah dan tidak bersalah di pengadilan dan hal-hal lainnya.
BAB IX: KEBUTUHAN AFILIASI DAN PERSAHABATAN
  1. Kebutuhan Afiliasi
Kebutuhan afiliasi adalah motif dasar untuk mencari dan mempertahankan relasi interpersonal.
  1. Perbedaan Disposisional dalam Kebutuhan Afiliasi
Pada titik ini, tampak bahwa motif afiliasi eksplisit mendorong timbulnya interaksi pada konteks sosial, seangkan motif afiliasi implisit mendorong timbulnya interaksi pada kontek interpersonal yang dekat.
  1. Efek dari Kebutuhan Afiliasi Terhadap Tingkah Laku Sosial
Beberapa hasil riset memperlihatkan fakta-fakta seperti dibawah ini:
  1. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung menulis banyak surat dan lebih sering menelpon.
  2. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung tertawa lebih banyak dan secara fisik tetap dekat dengan orang lain.
  3. Individu yang memilki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung untuk menghindar berkomentar negatif kepada rekan kerja.
  1. Persahabatan
Persahabatan adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan.
  1. Persahabatan dan Hubungan Pertemanan
Hubungan pertemanan merupakan hasil dari suatu hubungan formal dan suatu tingkat permulaan dalam perkembangan suatu persahabatan.
  1. Persahabatan VS. Pertemanan
Keduanya memerlukan beberapa ukuran di mana interaksi disini bersifat suka rela. Hubungan pertemanan tidak memiliki cita rasa keunikan dan individualitas yang merupakn ciri pershabatan. Persahabatan dan hubungan perteman berada dalam hal keakraban dan keintiman di antara anggotanya. Persahabatan harus dipelihara agar tetap hidup. Hubungan pertemanan merupakan pendahuluan atau titik permulaan suatu persahabatan.
BAB X: PERILAKU AGRESI
  1. Agresi
Istilah agresi sering kali disamaartikan dengan agresif. Agresif menurut Baron (dalam koeswara,1998) adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan tujuan melukai atau mencelakakan individu lain,
Psikologi tidak dapat mendiamkan gejala-gejala ini berlalu begitu saja. Agresi adalah perilaku-perilaku yang sangat penting dalam psikologi, khususnya psikologi sosial, karena pengaruhnya sangat besar, baik terhadap individu maupun kelompok.
  1. Apa dan Bagaimana Agresi?
Sepintas lalu, setiap prilaku yang merugikan atau menimbulkan korban pada pihak orang lain dapat disebut sebagai perilaku agresif. Namun ternyata, perilaku agresif itu banyak ragamnya. Peran kognisi sangat besar dalam menentukan apakah suatu perbuatan dianggap agresif atau tidak agresif hal ini dapat dibedakan dengan atribusi yang menyertai suatu keadaan. Suatu perbuatan dikatakan agresif jika diberi atribut internal yang terdiri dari adanya niat, intensi, motif atau kesengajaan untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Sedangkan perilaku dikatakan tidak agresif jika termasuk dalam hal atribusi eksternal yakni karena desakan situasi, tidak ada pilihan lain, atau tidak sengaja.
  1. Pengaruh Kepribadian dan Kondisi Fisik
Salah satu teori sifat (trait) mengatakan bahwa orang-orang dengan tipe kepribadian A kompetitif, selalu buru-buru, ambisius, dan cepat tersinggung lebih cepat menjadi agresif daripada orang dengan kepribadian B ambisinya tidak tinggi, sudah dengan keadaannya sekarang, cenderung tidak terburu-buru (Glass 1977). Hal ini bukan hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi juga di India.
  1. Cara atau Teknik dalam Mengontrol Agresi

  1. Penanaman Moral yang dilakukan sejak usia dini dan melibatkan pihak yang memikul tanggung jawab dalam proses sosialisasi.
  2. Pengembangan tingkah laku nonagresi.
  3. Pengembangan kemampuan memberikan empati.

0 komentar:

Posting Komentar