Sebagai
mahluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia
lainnya. Ia ingin mengetahui lingkaran sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini
memaksa manusia perlu berkomunikasi.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa.
Banyak
pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Sebab tanpa
komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa
masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi.
Jadi komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia,
baik sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat.
Manusia
tidak pernah lari dari komunikasi, bahkan ketika pertama kali manusia
akan diciptakan, komunikasi sudah ada. Allah telah berkomunikasi
kepada malaikat dan iblis tentang penciptan manusia sebagai khalifah
di muka bumi. Kita tidak bisa menghindar dari komunikasi, bahkan
ketika diam, kita juga telah berkomunikasi. Begitulah, betapa
pentingnya peran komunikasi bagi setiap mahluk hidup tanpa terkecuali
manusia. Komunikasi menjadi suatu bagian sentral dari segala sesuatu
yang kita lakukan.
Komunikasi
senantiasa terus berkembang, dengan melahirkan berbagai macam
teori-teori dan prinsip-prinsipnya. Memberikan yang besar dalam
mempermudah dan memperlancar akvitas kehidupan manusia dalam
interaksi sosial adalah tujuan utamanya. Namun teori-teori
komunikasi dewasa ini lebih dominan dilahirkan oleh para
ilmuan-ilmuan barat yang tampak banyak mengabaikan nilai-nilai
sosial (kemasyarakatan) dan budaya. Bahkan dalam hal ini, pendekatan
barat justru lebih menitikberatkan kepentingan individual yang sangat
bertolak belakang dengan nilai sosial terlebih lagi untuk kita
sebagai umat muslim. Namun, kita bisa mengambil model komunikasi yang
menawarkan penekanan pada prinsip normatifitas yakni dengan
menggunakan perspektif islam sebagai alternatif berkomunikasi.
- Definisi dan Teori Komunikasi dalam Perspektif Islam
Istilah
komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata
latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Proses menyampaikan
pesan dari seseorang hingga sampai ke orang lain, baik itu dengan
berbicara, mendengar, membaca dan lain sebagainya yang bisa kita
sebut sebagai aktivitas komunikasi. Istilah terkait pengertian
komunikasi juga terdapat dalam Al-Qur’an, diantaranya:
- Istilah dalamAl-QuranMaknaNama Surah dalamAl-Qur’anقرأبلغبشؔرقلدعاتواصسألسمعMembacaSampaikanlahKabarkanlahKatakanlahMenyeruSaling berpesanBertanyaDengarkanlahal-Nahl : 98al-Maidah : 67an-Nisa : 138al-Ikhlas : 1al-Imran : 104al-Asr : 3al-Maidah : 4al-Maidah : 108
Istilah
komunikasi telah banyak ditulis dengan menekankan pada fokus yang
beragam. Keragaman pengertian tersebut disebabkan perbedaan
perspektif dalam melihat komunikasi sebagai fenomena sosial. Harold
Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication
in Society, cara yang baik menjelaskan komunikasi adalah menjawab
pertanyaan sebagai berikut : Who says What In Which Channel to Whom
With What Effect? Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan,
yakni komunikator (source, sender), pesan (message), media (channel,
media), komunikan (receiver, recipient, communicate) dan efek
(effect, impact, influence). Jadi, berdasarkan paradigma Laswell
tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Dalam islam
Rasulullah
juga menerangkan maksud dari komunikasi itu sendiri,
حدثوا
الناس بما يعرفون، أتحبون أن يكذب الله
ورسوله
“Berbicaralah
kepada manusia dengan apa-apa yang mereka pahami, apakah kau suka
Allah dan RasulNya didustakan?”
HR. Buchori
dari
sabda Rasulullah tersebut kita dapat mendefinisikan komunikasi adalah
proses penyampaian pesan kepada manusia dengan maksud memberikan
pemahaman sebaik-baiknya.
Model
perspektif islam dan teori Lasswel juga dapat kita jabarkan dengan
cara: Who, adalah
setiap pribadi muslim, Says
What, adalah
pesan-pesan (risalah) Al-Quran dan hadits serta penjabaran dari
keduanya, In Which
Channel, adalah
melalui saluran apa yang sah, To
Whom, adalah kepada
muslim pada umumnya, With
What Effect, adalah
terjadinya perubahan pendapat, sikap serta tingkah laku dan perbuatan
sesuai pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator, yaitu
terwujudnya amal shaleh dari salah satu model penjabaran ini juga
bisa kita simpulkan sebagai definisi komunikasi islam.
- Sumber Komunikasi Islam
Menurut Yusuf
Husain, Komunikasi Islam adalah proses menyampaikan atau bertukar
perutusan dan maklumat dengan menggunakan prinsip dan kaedah yang
terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Selain itu, Mahyudin Abdul
Halim menegaskan bahwa komunikasi islam adalah proses membekalkan
khalayak dengan hakikat kebenaran agama islam berterusan berdasarkan
Al-Quran dan As-Sunnah secara langsung atau tidak langsung melalui
perantara media umum atau khusus, yang bertujuan untuk membentuk
pandanagan umum yang benar berasakan hakikat kebenaran agama yang
memberi kesan kepada kehidupan seseorang dalam aspek akidah, ibadah,
dan muamalah.
Dari
kedua pendapat di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa sumber utama
komunikasi islam adalah Al-Quran dan Hadits. Dalam hal ini Al-Quran
merupakan wahyu Allah yang menguasai semesta alam ini sebagai sumber
ilmu pengetahuan.. Selain itu karena komunikasi islam selalu
berkaitan dengan pengalaman manusia dalam berinteraksi dengan
sesamanya, maka indera atau empirisme juga merupakan sumber
komunikasi islam. Hal ini terkait dengan pelaksanaan secara nyata
komunikasi islam dilapangan masyarakat yang sumbernya dari Al-Quran
dan Hadits tersebut. Selanjutnya penerapan komunikasi islam tersebut
juga sesuai dengan akal pikiran manusia yang logis, sistematis,
koheren, dan konsistensi, maka komunikasi islam juga tidak dari akal
atau rasio yang juga merupakan sumber dari komunikasi islam tersebut.
- Prinsip Komunikasi Dalam Perspektif Islam
Dari perspektif
islam, kita bisa menjawab bahwa Allah yang lebih dulu mengajari kita
untuk berkomunikasi dengan menggunakan akal dan kemampuann bahasa
yang dianugrahkan-Nya kepada kita (ar-Rahman 1-4). Bahkan pengetahuan
pun bukan hanya diperoleh dari akal dan pengalaman manusia, melainkan
Dia-lah Allah Zat Yang Maha Mengtahui. Oleh karena itu, Al-Quran
dalam pandangan ilmu komunikasi harus dijadikan sebagai sumber
inspiratif komunikasi islam baik dalam bentuk studi tekstual maupun
kontekstualnya. Hal ini dilakukan untuk menampakkan nilai
kebenarannya, begitupun dengan prinsip komunikasi islam. Berikut
adalah prinsip-prinsip komunikasi menurut Deddy Mulyana yang telah
dijabarkan dalam hadits Rasulullah :
- Prinsip 1: Komunikasi adalah Suatu Proses Simbolik
Salah
satu kebutuhan pokok manusia, adalah kebutuhan simbolisasi atau
penggunaan lambang. Ernst Cassier mengatakan bahwa keunggulan manusia
atas makhluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal
symbolicum. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan
untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok
orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal,
dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan manusia
menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan
menangani hubungan antara manusia dan objek (baik abstrak maupun
nyata) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut.
عن
عا ىشة ام المؤمنين رضى الله عنها ان الحرث
بن هشام رضى الله عنه سآل رسول الله ص م
فقال بارسول الله كيف يآتيك الوحى فقال
رسول الله ص م احيا نا يآتيني مثل صلصلة
الحرسس وهواشده على فيفصم عنى وقدوعيت
عنه ماقال.
واحيانايتمثل
لى الملك رجل فيكلمنى فآعى مايقول
“Dari
Aisyah, ibu orang-orang mukmin berkata: “Bahwa sesungguhnya Haris
bin Hisyam RA. bertanya kepadaa Rasulullah SAW.: Bagaimanakah caranya
wahyu datang kepada tuan? Jawab Rasulullah: Kadang-kadang wahyu
datang kepadaku sebagai bunyi lonceng; itulah yang sangat berat
bagiku. Setelah ia berhenti, aku telah mengerti apa yang
dikatakannya. Kadang-kadang malaikat merupakan dirinya padaku sebagai
seorang laki-laki, lantas dia berbicara kepadaku, mana aku mengerti
apa yang dibicarakannya.” HR.
Buchori
Dalam
hadits tersebut pesan disampaikan dalam berbagai simbol, akan tetapi
apabila komunikan paham yang dimaksudkan komunikator, tidak akan
menjadi masalah.
- Prinsip 2: Setiap Perilaku Mempunyai Potensi KomunikasiKita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi terjadi bila seseorang memberikan makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Misal, apabila seseorang tersenyum maka ia ditafsirkan atau dimaknai sedang bahagia.
حديث
ابى هريرةرضى الله عنه,
قال:
نهى
ان يصلى الرجل مختصرا
“Hadits
Abu Hurairah RA. dimana ia berkata: “Seseorang dilarang untuk
mengerjakan shalat dengan meletakkan tangan di pinggang.” HR.
Buchori
Perilaku
‘meletakkan tangan di pinggang’, pada saat mengerjakan shalat,
dilarang karena memiliki arti lain. Misal, ekspresi ‘nantang’,
atau ‘melawan’ yang ada dihadapannya, yaitu Allah SWT.
- Prinsip 3: Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan
Dimensi
isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara
nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa
yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara
mengatakannya yang juga mengisyaratkkan bagaimana hubungan para
peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu
ditafsirkan. Tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama bisa
ditafsirkan berbeda bila disampaikan dengan cara berbeda. Dalam
komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan sedangkan
dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain termasuk juga jenis
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh
suatu pesan juga akan berbeda bila disajikan dengan media yang
berbeda.
عن
عا ىشة ام المؤمنين رضى الله عنها ان الحرث
بن هشام رضى الله عنه سآل رسول الله ص م
فقال بارسول الله كيف يآتيك الوحى فقال
رسول الله ص م احيا نا يآتيني مثل صلصلة
الحرسس وهواشده على فيفصم عنى وقدوعيت
عنه ماقال.
واحيانايتمثل
لى الملك رجل فيكلمنى فآعى مايقول
“Dari
Aisyah, ibu orang-orang mukmin berkata: “Bahwa sesungguhnya Haris
bin Hisyam RA. bertanya kepadaa Rasulullah SAW.: Bagaimanakah caranya
wahyu datang kepada tuan? Jawab Rasulullah: Kadang-kadang wahyu
datang kepadaku sebagai bunyi lonceng; itulah yang sangat berat
bagiku. Setelah ia berhenti, aku telah mengerti apa yang
dikatakannya. Kadang-kadang malaikat merupakan dirinya padaku sebagai
seorang laki-laki, lantas dia berbicara kepadaku, mana aku mengerti
apa yang dibicarakannya.”
HR.
Buchori
- Prinsip 4: Komunikasi Itu Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
Hadits
tersebut juga menunjukkan bagaimana cara menghadapi komunikan dan
menanggapi komunikator. Tidak mungkin manusia biasa bisa memahami
apa yang disampaikan oleh malaikat.
Dalam
berkomunikasi, kesadaran kita lebih tinggi dalam situasi khusus
terlebih dalam situasi rutin. Dalam komunikasi sehari-hari terkadang
kita mengucapkan pesan verbal yang tidak kita sengaja. Namun lebih
banyak pesan nonverbal yang kita tunjukan tanpa kita sengaja.
Komunikasi telah terjadi bila penafsiran telah berlangsung. Terlepas
dari kesengajaan atau tidak. Jadi, niat kesengajaan bukanlah syarat
mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi.
حديث
ابى هريرة قال:
قال
رسول الله ص م:
من
كان يؤمن با لله وا ليوم الا خر فلا يؤذ
جاره,
و
من كان يؤمن با لله وا ليوم الا خرفليكرم
ضيفه,
و
من كان يؤمن با لله وا ليوم الا خرفليقل
خيرا اوليصمت
“Hadits
Abu Hurairah dimana ia berkata: Rasulallah SAW. bersabda “Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia mengganggu
tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau
diam saja.”
HR.
Bukhori-Muslim
- Prinsip 5: Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang dan Waktu
Jadi,
apabila seseorang tidak berniat untuk mengungkapkan hal-hal baik
atau yang bermanfaat lebih baik diam saja.
Makna
pesan juga bergantung pada konteks fisik atau ruang, waktu, sosial,
dan psikologis. Lelucon yang lazim dipercakapkan ditempat hiburan,
serasa kurang sopan bila dikemukakan dimasjid. Waktu juga memengaruhi
makna terhadap suatu pesan, misalnya orang menelpon dini hari dengan
siang hari akan berbeda. Kehadiran orang lain, sebagai konteks sosial
juga akan memengaruhi orang-orang berkomunikasi, misalnya dua orang
yang berkonflik akan canggung jika ada disituasi berdua tidak ada
orang, namun dengan adanya orang ketiga, keeadaan akan bisa lebih
mencair. Suasana psikologis peserta komunikasi tidak pelak
memengaruhi suasana komunikasi.
حديث
عبداللهبن عمرورضى الله عنهما ان رجلاسآل
النبى صلى الله عليه وسلم اى الا سلا م
خير؟ قال:
تطعم
الطعا م وتقرآ السلام على من عرفت ومن لم
تعرف.
”Hadits
‘Abdullah bi ‘Amr ra. Bahwasanya ada seorang bertanya kepada Nabi
SAW.: “Apakah yang baik dalam Islam?.” Beliau bersabda: “kamu
memberikan makanan, dan mengucapkan salam kepada orang yang sudah
kamu kenal maupun orang yang belum kamu kenal.” HR.
Buchori
حديث
ابى موسى رضى الله عنه قال:
قالوايا
رسول الله اى الا سلا م افضل؟ قال:
من
سلم المسلمون من لسا نه ويده.
“Hadits
Abu Musa RA. Dimana
ia
berkata: “Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah yang
utama dalam Islam?”, beliau menjawab: “Orang yang kaum muslimin
selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya.”
HR.
Buchori
Kedua
hadits tersebut sama-sama membahas mengenai ‘Siapa yang utama atau
baik dalam Islam’, tetapi Rasulullah menjawab dengan jawaban yang
berbeda sesuai dengan konteksnya.
- Prinsip 6: Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Ketika
orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi
mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau
tata krama. Artinya, orang-orang memilih strategi tertentu
berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons.
Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat.
Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan
peran sosialnya. Prinsip ini mengasumsikan bahwa hingga derajat
tertentu ada keteraturan pada perilaku komunikasi manusia, dengan
kata lain perilaku manusia minimal secara parsial dapat diramalkan.
Contoh, tidak mungkin seorang istri menampar suaminya sepulang kerja
tanpa sebab apapun.
عن
عبدالله بن عمروقال تخلف النبى ص م فى
سفرةسا فرنا ها فآدركناوقدارهقتنا ا لصلا
ةونحن نتوضآفجعلنا نمسح على ارجلنا فنا
دى بآعلى صوته وبل للا عقا ب من النارمرتين
اوثلا ثا
“Dari
Abdullah bin ‘Amr (bin ‘Ash) katanya: “Terlambat Nabi dalam
suatu perjalanan. Ketika beliau sampai ditempat kami, kebetulan waktu
sembahyang telah tiba, dan kami sedang berwudhu. Kami membasuh kaki
dengan tidak secukupnya. Lalu Nabi berteriak sekeras-keras suaranya:
”Celakalah tumit yang kena api neraka”. Dua atau tiga kali beliau
teriak seperti itu.”
HR.
Buchori
Dari
hadits tersebut menunjukkan bahwa prediksi komunikasi telah dibentuk
baik oleh Nabi ataupun kaumnya.
- Prinsip 7: Komunikasi Itu Bersifat Sistemik
Setiap
individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system).
Komunikasi juga menyangkut suatu sistem dari unsur-unsurnya.
Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi
yaitu: sistem internal (seluruh sistem nilai yang dibawa oleh seorang
individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap
selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya) dan sistem
eksternal (sistem yang terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di
luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara,
isyarat fisik peserta, dan temperatur ruangan).
Komunikasi
adalah produk dari perpaduan antara sistem internal dan sistem
eksternal tersebut. Lingkungan dan objek memengaruhi komunikasi kita
namun persepsi kita atas lingkungan kita juga memengaruhi cara
berperilaku. Lingkungan dimana para peserta komunikasi itu berada
merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar.
حدثوا الناس بما
يعرفون، أتحبون أن يكذب الله ورسوله
“Berbicaralah
kepada manusia dengan apa-apa yang mereka pahami, apakah kau suka
Allah dan RasulNya didustakan?”
HR.
Buchori
Jadi,
hendaknya kita memerhatikan latar belakang komunikan, sehingga pesan
yang kita sampaikan bisa lebih efektif.
- Prinsip 8: Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
Komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan
para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi), yaitu adanya
persamaan persepsi akan suatu hal. Semakin banyak persamaan antara
komunikator dan komunikan, maka komunikasi yang berlangsung lebih
mudah, karena keberanekaragaman pesan dimengerti keduanya.
- Prinsip 9: Komunikasi Bersifat NonsekuensialMeskipun terdapat banyak model komunikasi, sebenarnya komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah. Beberapa pakar komunikasi mengakui sifat sirkuler atau dua arah komununikasi ini. Komunikasi sirkuler ditandai dengan beberapa hal berikut :
1. Orang-orang
yang berkomunikasi dianggap setara.
2. Proses
komunikasi berjalan timbal balik (dua arah).
3. Dalam
praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan balik.
4. Komunikasi
yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit.
Pada
dasarnya, unsur tersebut tidak berdada dalam suatu tatanan yang
bersifat linier, sirkuler, helikal atau tatanan lainnya. Unsur-unsur
proses komunikasi boleh jadi beroprasi dalam suatu tatanan tadi,
tetapi mungkin pula, setidaknya sebagian, dalam suatu tatanan yang
acak.
عن
ابى هريرة قال :
قال
رسول الله ص م (
حق
المسلم على المسلم ست.
قيل:وماهن
يارسول الله؟ قال:
اذا
لقيته فسلم عليه,
واذادعاك
فاجبه,
واذا
استنصحك فانصحه,
و
اذا عطس فحمد الله فشمته ,واذا
مرض فعده,
واذا
مات فاتبعه )
رواه
مسلم.
Dari
Abu Hurairah, ia berkata: telah bersabda Rasulullah SAW: haq muslim
atas muslim lainnya ada enam perkara. Para sahabat bertanya, ‘Apa
saja wahai Rasulallah?’beliau menjawab: apabila kau bertemu
dengannya, hendaklah engkau beri salam kepadanya, apabila ia
mengundangmu, hendaklah engkau memenuhinya, dan apabila ia minta
nasihat kepadamu, hendaklah engkau menasihati dia, dan apabila ia
bersin lalu memuji Allah (megucapkan Alhamdulillah), maka jawablah
(dengan mengucapkan yarhamukallah), dan apabila ia sakit, hendaklah
engkau menjenguk dia, dan apabila ia meninggal dunia, hendaklah
engkau antarkan jenazahnya.”
HR.
Muslim
Hadits
diatas merupakan salah satu contoh komunikasi yang terjadi dua arah,
yaitu antara Rasulullah dan para sahabat.
- Prinsip 10: Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional
Komunikasi
tidak mempunyai awal dan akhir, melainkan merupakan proses yang
sinambung (continues). Dalam proses komunikasi, para peserta
komunikasi saling memengaruhi, seberapa kecil pun pengaruh itu, baik
lewat komunikasi verbal maupun nonverbal. Implikasi dari komunikasi
sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para
peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan hingga
berubah pandangan dunia dan perilakunya). Implisit dalam proses
komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyadian (encoding)
dan penyadian balik (decoding). Perspektif transaksional
memberi penekanan pada dua sifat peristiwa komunikasi, yaitu serentak
dan saling memengaruhi para pesertanya menjadi saling bergantung dan
komunikasi mereka hanya dapat dianalisis berdasarkan konteks
peristiwanya.
حديث
انس عن عبدالعزيزو قا ل:
سآ
ل رجل انسا,
ماسمعت
نبى الله ص م فى الثوم؟ فقا ل:
قال
النبى ص م:
من
اكل من هذه الشجرة فلا يقربنا,
او
لايصلين معنا.
“Hadits
Anas, dari ‘Abdul ‘Aziz dimana ia berkata: “ada seseorang
bertanya kepada Anas: “Apakah yang kamu dengar dari Nabi SAW.
mengenai bawang putih?”. Ia berkata: “Nabi SAW. bersabda:
“Barangsiapa yang makan pohon ini maka janganlah ia mendekat kepada
kamu”, atau “janganlah ia shalat bersama kami.” HR.
Buchori
- Prinsip 11: Komunikasi Bersifat Irreversibel
Dari
hadits diatas, menunjukkan adanya komunikasi yang berjalan
prosesual, irreversibel,dan transaksional.
Sekali
kita mengirimkan suatu pesan, kita tidak dapat mengendalikan pengaruh
pesan tersebut bagi khalayak apalagi menghilangkan efek pesan
tersebut sama sekali. Sifat irreversibleini adalah implikasi
dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Prinsip ini
seharusnya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati2 untuk
menyampaikan suatu pesan kepada orang lain, sebab efeknya tidak bisa
ditiadakan sama sekali.
إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ
مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِى
بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“Sesungguhnya
ada seorang hamba yang
berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya
terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak
yang lebih jauh dari pada jarak antara
timur dan barat.”
HR.
Muslim
Untuk
itu hendaklah kita selalu memikirkan manfaat dan madharat pesan
yang kita lontarkan kepada orang lain (komunikan).
- Prinsip 12: Komunikasi Bukan Panasea Untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Banyak
persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah
komunikasi. Namun komunikasi itu sendiri bukanlah panasea (obat
mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu. Karena
persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah
struktural. Agar komunikasi efektif, kendala struktural ini juga
harus diatasi.
عن
ابي ايوب ان رسول الله ص قال :
لا
يحل لمسلم اع يهجر اخاه فوق ثلاث ليل :
يلتقيان,
فيعرض
هذا,
و
يعرض هذا,
و
خيرهما الذي يبداً باالسلام.
متفق
عليه
Dari
Abi Ayyub, bahwasannya Rasulullah saw telah bersabda : “tidak halal
bagi seorang muslim tidak damai dengan saudaranya lebih dari tiga
malam, yaitu mereka bertemu, lalu yang ini berpaling dan yang itu
berpaling, tetapi orang yang paling baik diantara mereka keduanya
adalah yang memulai memberi salam. HR. Muttafaqun ‘alaih
Dari
hadits di atas, apabila tidak damai termasuk sebagai suatu masalah
bagi orang yang terlibat, maka dengan adanya komunikasi yang
diwujudkan dengan salam belum tentu bisa secara instan mendamaikan
mereka, akan tetapi ini jalan penyelesaian yang paling baik.
d. Metode
Komunikasi Islam
Sebagaimana
komunikasi islam merupakan suatu ilmu yang sedang berkembang, maka
metode yang digunakan adalah metode ilmu-ilmu sosial pada umumnya.
Jika diteliti lebih jauh ilmu-ilmu sosial mengembangkan ilmunya
dengan metode ilmiah. Dengan demikian berarti komunikasi islam juga
menggunakan metode ilmiah untuk mengembangkan ilmunya. Orang bisa
mulai dengan asumsi yang menjadi dasar metode ilmiah, dan masih
meneliti, membenarkan, menerangakan dan menganalisis sesuai
prinsip-prinsip yang bisa diterima. Sehingga kebenaran dari suatu
metode harus berciri-ciri sebagai berikut:
- Berdasarkan fakta, dimana keautentikannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan memang benar-benar terjadi di dunia nyata.
- Bebas dari prasangka, fakta haruslah disertai dengan alasan-alasan dan bukti yang bersifat objektif.
- Menggunakan prinsip analisa, maksudnya semua masalah harus dicari sebab musababnya dengan analisa yang tajam dan cermat.
Demikianlah metode
pengembangan komunikasi islam yang digunakan metode ilmu sosial,
karena ilmu komunikasi
islam ini sangat dekat kaitannya dengan ilmu-ilmu sosial tersebut.
Oleh karena itu metode yang digunakan bersifat ilmiah yang
menggunakan penalaran secara kritis melalui akal pikiran manusia dan
indra sebagai alat untuk melihat mengobservasi lapangan yang menjadi
objek pembahasan dari komunikasi islam itu sendiri.
e. Dakwah
Sebagai Bentuk Komunikasi Dalam Perspektif Islam.
Esensi dakwah
sebagaimana kita ketahui bersama ialah proses mengajak, menyeru,
mengundang, dan membimbing orang lain untuk menegakkan amar ma’ruf
dan nahi munkar. Berarti dalam dakwah terkandung komunikasi baik itu
berupa verbal maupun non verbal, lisan maupun tulisan, formal maupun
non formal dalam metode atau strategi dakwah. Karena hakikatnya
dakwah mempunyai cakupan yang luas dari segi metode atau strategi
yang digunakan. Apabila kita kerucutkan, dakwah merupakan istilah
komunikasi dalam Islam. Urgensi komunikasi dalam dunia dakwah,
berarti bahwa peranan komunikasi begitu signifikan.
Hal ini dikarenakan
salah satu cara yang banyak digunakan dalam usaha dakwah ialah
melalui komunikasi. Metode komunikasi dakwah ini ditegaskan dalam
Al-Quran sebagaimana firman Allah dalam Q.S an-Nahl 125:
Sementara itu,
esensi dari komunikasi ialah proses penyampaian informasi, ide,
gagasan, dari satu pihak kepada pihak lain. Berarti dalam hal ini ada
beberapa unsur komunikasi yang penting, berupa sumber, pengirim,
penerima, dan umpan balik terhadap hal itu. Apabila kita korelasikan
dengan dakwah, dalam dakwah pun terdapat unsur-unsur pokok tersebut.
Dalam hal ini ada
titik persamaan antara dakwah dan komunikasi dari segi proses
komunikasi atau dakwah yang terbentuk. Namun, tentunya komunikasi
cakupannya lebih luas dibanding dakwah, karena dalam komunikasi tidak
terdapat batasan, baik dalam hal pesan, pengirim, penerima dan
interaksi yang terjadi. Sedangkan dakwah materi yang disampaikan
lebih spesifik lagi.
f. Manfaat
komunikasi Dalam Perspektif Islam
Kita semua tahu
bahwa kerangka bangunan komunikasi islam terletak pada tata nilai
normatif, sosiologis, agama (Al-Quran dan Hadits) dan kebudayaan.
Beranjak dari pendapat tersebut mengingat bahwa sumber primer
komunikasi islam adal Al-Quran dan Hadits, maka salah satu manfaat
komunikasi islam adalah mendekatkan kita kepada kebenaran Tuhan,
karena sumbernya berasal dari Allah azza wa jalla sendiri.
Selanjutnya karena kita tahu bahwa semua aspek kehidupan ini
sebenarnya tidak terlepas dari tuntutan al-Quran dan Hadits, maka
manfaat komunikasi islam itu sendiri menjadi sangat luas dan banyak.
Salah satu diantaranya menurut Onong Uchjana ada 4 (empat) manfaat
komunikasi yakni:
- Mengimformasikan, dalam hal ini jika dikaitkan dengan komunikasi islam berarti menginformasikan hal-hal yang benar bersumber dari Al-Quran dan Hadits.
- Mendidik, dalam komunikasi islam berarti mengajari manusia untuk dapat mencari solusi permasalahn hidupnya sesuai dengan tuntutan agama.
- Mempengaruhi, dari sudut komunikasi islam berarti mengajak individu mengubah sikap, opini, prilaku baik individu maupun masyarakat kejalan yang benar, jalan yang diridhai Allah.
- Menghibur, menurut komunikasi islam berarti membantu manusia untuk menjadi lebih baik, lebih merasa tenang dan damai dalam hidupnya sesuai dengan pandang hidup yang islami.
Melihat mengetahui bahwa komunikasi barat yang dibangun atas
kepentingan individualistik dan bebas, pada kenyataannya tidak dapat
membangun sistem sosial kemasyarakatan yang harmonis, disamping itu
kekuatan agama (islam) yang diyakini memiliki konsep aplikatif
tentang bagaimana tata hidup dalam segala aspek kehidupan mengandung
kebenaran. Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran agama yang
mutlak, dan pesan serta janji yang ditawarkan merupakan sesuatu yang
kekal dan pasti, maka islam sebagai agama rahmatan lil alamin adalah
agama yang mengandung ajaran moral yang sarat dengan nilai-nilai.
Komunikasi memiliki cakupan ilmu yang sangat luas, dalam perspektif
islam dakwah adalah hasil dari bentuk penjabaran prinsip komunikasi
yang berasaskan Al-Quran dan Hadits. Pengaplikasian ilmu komunikasi
islam dengan memerhatikan metode dan prinsip komunikasi sangat
memberi pengaruh besar bagi tujuan dakwah itu sendiri. Dengan begitu
manfaat dan tujuan guna menciptakan kemaslahatan umat manusia baik
dari segi individual maupun bermasyarakat dapat terwujud dunia dan
akhirat.
Makalah ini adalah hanya bagian kecil dari uraian tentang komunikasi
islam. Akan tetapi setidaknya ini dapat menjadi modal dasar kita
untuk menempatkan diri dalam disiplin ilmu komuniskasi islam yang
mengambil peran besar untuk kemaslahatan umat.
0 komentar:
Posting Komentar