Rabu, 14 Desember 2016

KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkaran sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa.
Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. Jadi komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat.
Manusia tidak pernah lari dari komunikasi, bahkan ketika pertama kali manusia akan diciptakan, komunikasi sudah ada. Allah telah berkomunikasi kepada malaikat dan iblis tentang penciptan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Kita tidak bisa menghindar dari komunikasi, bahkan ketika diam, kita juga telah berkomunikasi. Begitulah, betapa pentingnya peran komunikasi bagi setiap mahluk hidup tanpa terkecuali manusia. Komunikasi menjadi suatu bagian sentral dari segala sesuatu yang kita lakukan.
Komunikasi senantiasa terus berkembang, dengan melahirkan berbagai macam teori-teori dan prinsip-prinsipnya. Memberikan yang besar dalam mempermudah dan memperlancar akvitas kehidupan manusia dalam interaksi sosial adalah tujuan utamanya. Namun teori-teori komunikasi dewasa ini lebih dominan dilahirkan oleh para ilmuan-ilmuan barat yang tampak banyak mengabaikan nilai-nilai sosial (kemasyarakatan) dan budaya. Bahkan dalam hal ini, pendekatan barat justru lebih menitikberatkan kepentingan individual yang sangat bertolak belakang dengan nilai sosial terlebih lagi untuk kita sebagai umat muslim. Namun, kita bisa mengambil model komunikasi yang menawarkan penekanan pada prinsip normatifitas yakni dengan menggunakan perspektif islam sebagai alternatif berkomunikasi.
  1. Definisi dan Teori Komunikasi dalam Perspektif Islam
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Proses menyampaikan pesan dari seseorang hingga sampai ke orang lain, baik itu dengan berbicara, mendengar, membaca dan lain sebagainya yang bisa kita sebut sebagai aktivitas komunikasi. Istilah terkait pengertian komunikasi juga terdapat dalam Al-Qur’an, diantaranya:
Istilah dalam
Al-Quran
Makna
Nama Surah dalam
Al-Qur’an
قرأ
بلغ
بشؔر
قل
دعا
تواص
سأل
سمع
Membaca
Sampaikanlah
Kabarkanlah
Katakanlah
Menyeru
Saling berpesan
Bertanya
Dengarkanlah
al-Nahl : 98
al-Maidah : 67
an-Nisa : 138
al-Ikhlas : 1
al-Imran : 104
al-Asr : 3
al-Maidah : 4
al-Maidah : 108
Istilah komunikasi telah banyak ditulis dengan menekankan pada fokus yang beragam. Keragaman pengertian tersebut disebabkan perbedaan perspektif dalam melihat komunikasi sebagai fenomena sosial. Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society, cara yang baik menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who says What In Which Channel to Whom With What Effect? Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni komunikator (source, sender), pesan (message), media (channel, media), komunikan (receiver, recipient, communicate) dan efek (effect, impact, influence). Jadi, berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Dalam islam Rasulullah juga menerangkan maksud dari komunikasi itu sendiri,
حدثوا الناس بما يعرفون، أتحبون أن يكذب الله ورسوله
Berbicaralah kepada manusia dengan apa-apa yang mereka pahami, apakah kau suka Allah dan RasulNya didustakan?” HR. Buchori
dari sabda Rasulullah tersebut kita dapat mendefinisikan komunikasi adalah proses penyampaian pesan kepada manusia dengan maksud memberikan pemahaman sebaik-baiknya.
Model perspektif islam dan teori Lasswel juga dapat kita jabarkan dengan cara: Who, adalah setiap pribadi muslim, Says What, adalah pesan-pesan (risalah) Al-Quran dan hadits serta penjabaran dari keduanya, In Which Channel, adalah melalui saluran apa yang sah, To Whom, adalah kepada muslim pada umumnya, With What Effect, adalah terjadinya perubahan pendapat, sikap serta tingkah laku dan perbuatan sesuai pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator, yaitu terwujudnya amal shaleh dari salah satu model penjabaran ini juga bisa kita simpulkan sebagai definisi komunikasi islam.


  1. Sumber Komunikasi Islam
Menurut Yusuf Husain, Komunikasi Islam adalah proses menyampaikan atau bertukar perutusan dan maklumat dengan menggunakan prinsip dan kaedah yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Selain itu, Mahyudin Abdul Halim menegaskan bahwa komunikasi islam adalah proses membekalkan khalayak dengan hakikat kebenaran agama islam berterusan berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah secara langsung atau tidak langsung melalui perantara media umum atau khusus, yang bertujuan untuk membentuk pandanagan umum yang benar berasakan hakikat kebenaran agama yang memberi kesan kepada kehidupan seseorang dalam aspek akidah, ibadah, dan muamalah.
Dari kedua pendapat di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa sumber utama komunikasi islam adalah Al-Quran dan Hadits. Dalam hal ini Al-Quran merupakan wahyu Allah yang menguasai semesta alam ini sebagai sumber ilmu pengetahuan.. Selain itu karena komunikasi islam selalu berkaitan dengan pengalaman manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya, maka indera atau empirisme juga merupakan sumber komunikasi islam. Hal ini terkait dengan pelaksanaan secara nyata komunikasi islam dilapangan masyarakat yang sumbernya dari Al-Quran dan Hadits tersebut. Selanjutnya penerapan komunikasi islam tersebut juga sesuai dengan akal pikiran manusia yang logis, sistematis, koheren, dan konsistensi, maka komunikasi islam juga tidak dari akal atau rasio yang juga merupakan sumber dari komunikasi islam tersebut.
  1. Prinsip Komunikasi Dalam Perspektif Islam
Dari perspektif islam, kita bisa menjawab bahwa Allah yang lebih dulu mengajari kita untuk berkomunikasi dengan menggunakan akal dan kemampuann bahasa yang dianugrahkan-Nya kepada kita (ar-Rahman 1-4). Bahkan pengetahuan pun bukan hanya diperoleh dari akal dan pengalaman manusia, melainkan Dia-lah Allah Zat Yang Maha Mengtahui. Oleh karena itu, Al-Quran dalam pandangan ilmu komunikasi harus dijadikan sebagai sumber inspiratif komunikasi islam baik dalam bentuk studi tekstual maupun kontekstualnya. Hal ini dilakukan untuk menampakkan nilai kebenarannya, begitupun dengan prinsip komunikasi islam. Berikut adalah prinsip-prinsip komunikasi menurut Deddy Mulyana yang telah dijabarkan dalam hadits Rasulullah :
  1. Prinsip 1: Komunikasi adalah Suatu Proses Simbolik
Salah satu kebutuhan pokok manusia, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Ernst Cassier mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik abstrak maupun nyata) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut.

عن عا ىشة ام المؤمنين رضى الله عنها ان الحرث بن هشام رضى الله عنه سآل رسول الله ص م فقال بارسول الله كيف يآتيك الوحى فقال رسول الله ص م احيا نا يآتيني مثل صلصلة الحرسس وهواشده على فيفصم عنى وقدوعيت عنه ماقال. واحيانايتمثل لى الملك رجل فيكلمنى فآعى مايقول
Dari Aisyah, ibu orang-orang mukmin berkata: “Bahwa sesungguhnya Haris bin Hisyam RA. bertanya kepadaa Rasulullah SAW.: Bagaimanakah caranya wahyu datang kepada tuan? Jawab Rasulullah: Kadang-kadang wahyu datang kepadaku sebagai bunyi lonceng; itulah yang sangat berat bagiku. Setelah ia berhenti, aku telah mengerti apa yang dikatakannya. Kadang-kadang malaikat merupakan dirinya padaku sebagai seorang laki-laki, lantas dia berbicara kepadaku, mana aku mengerti apa yang dibicarakannya.” HR. Buchori
Dalam hadits tersebut pesan disampaikan dalam berbagai simbol, akan tetapi apabila komunikan paham yang dimaksudkan komunikator, tidak akan menjadi masalah.
  1. Prinsip 2: Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
    Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi terjadi bila seseorang memberikan makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Misal, apabila seseorang tersenyum maka ia ditafsirkan atau dimaknai sedang bahagia.
حديث ابى هريرةرضى الله عنه, قال: نهى ان يصلى الرجل مختصرا
Hadits Abu Hurairah RA. dimana ia berkata: “Seseorang dilarang untuk mengerjakan shalat dengan meletakkan tangan di pinggang.” HR. Buchori
Perilaku ‘meletakkan tangan di pinggang’, pada saat mengerjakan shalat, dilarang karena memiliki arti lain. Misal, ekspresi ‘nantang’, atau ‘melawan’ yang ada dihadapannya, yaitu Allah SWT.
  1. Prinsip 3: Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan berbeda bila disampaikan dengan cara berbeda. Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu pesan juga akan berbeda bila disajikan dengan media yang berbeda.
عن عا ىشة ام المؤمنين رضى الله عنها ان الحرث بن هشام رضى الله عنه سآل رسول الله ص م فقال بارسول الله كيف يآتيك الوحى فقال رسول الله ص م احيا نا يآتيني مثل صلصلة الحرسس وهواشده على فيفصم عنى وقدوعيت عنه ماقال. واحيانايتمثل لى الملك رجل فيكلمنى فآعى مايقول
Dari Aisyah, ibu orang-orang mukmin berkata: “Bahwa sesungguhnya Haris bin Hisyam RA. bertanya kepadaa Rasulullah SAW.: Bagaimanakah caranya wahyu datang kepada tuan? Jawab Rasulullah: Kadang-kadang wahyu datang kepadaku sebagai bunyi lonceng; itulah yang sangat berat bagiku. Setelah ia berhenti, aku telah mengerti apa yang dikatakannya. Kadang-kadang malaikat merupakan dirinya padaku sebagai seorang laki-laki, lantas dia berbicara kepadaku, mana aku mengerti apa yang dibicarakannya.” HR. Buchori
    Hadits tersebut juga menunjukkan bagaimana cara menghadapi komunikan dan menanggapi komunikator. Tidak mungkin manusia biasa bisa memahami apa yang disampaikan oleh malaikat.
  1. Prinsip 4: Komunikasi Itu Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
Dalam berkomunikasi, kesadaran kita lebih tinggi dalam situasi khusus terlebih dalam situasi rutin. Dalam komunikasi sehari-hari terkadang kita mengucapkan pesan verbal yang tidak kita sengaja. Namun lebih banyak pesan nonverbal yang kita tunjukan tanpa kita sengaja. Komunikasi telah terjadi bila penafsiran telah berlangsung. Terlepas dari kesengajaan atau tidak. Jadi, niat kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi.
حديث ابى هريرة قال: قال رسول الله ص م: من كان يؤمن با لله وا ليوم الا خر فلا يؤذ جاره, و من كان يؤمن با لله وا ليوم الا خرفليكرم ضيفه, و من كان يؤمن با لله وا ليوم الا خرفليقل خيرا اوليصمت
Hadits Abu Hurairah dimana ia berkata: Rasulallah SAW. bersabda “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia mengganggu tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam saja.HR. Bukhori-Muslim
    Jadi, apabila seseorang tidak berniat untuk mengungkapkan hal-hal baik atau yang bermanfaat lebih baik diam saja.
  1. Prinsip 5: Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang dan Waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik atau ruang, waktu, sosial, dan psikologis. Lelucon yang lazim dipercakapkan ditempat hiburan, serasa kurang sopan bila dikemukakan dimasjid. Waktu juga memengaruhi makna terhadap suatu pesan, misalnya orang menelpon dini hari dengan siang hari akan berbeda. Kehadiran orang lain, sebagai konteks sosial juga akan memengaruhi orang-orang berkomunikasi, misalnya dua orang yang berkonflik akan canggung jika ada disituasi berdua tidak ada orang, namun dengan adanya orang ketiga, keeadaan akan bisa lebih mencair. Suasana psikologis peserta komunikasi tidak pelak memengaruhi suasana komunikasi.
حديث عبداللهبن عمرورضى الله عنهما ان رجلاسآل النبى صلى الله عليه وسلم اى الا سلا م خير؟ قال: تطعم الطعا م وتقرآ السلام على من عرفت ومن لم تعرف.
Hadits ‘Abdullah bi ‘Amr ra. Bahwasanya ada seorang bertanya kepada Nabi SAW.: “Apakah yang baik dalam Islam?.” Beliau bersabda: “kamu memberikan makanan, dan mengucapkan salam kepada orang yang sudah kamu kenal maupun orang yang belum kamu kenal.” HR. Buchori
حديث ابى موسى رضى الله عنه قال: قالوايا رسول الله اى الا سلا م افضل؟ قال: من سلم المسلمون من لسا نه ويده.
Hadits Abu Musa RA. Dimana ia berkata: “Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah yang utama dalam Islam?”, beliau menjawab: “Orang yang kaum muslimin selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya.” HR. Buchori
Kedua hadits tersebut sama-sama membahas mengenai ‘Siapa yang utama atau baik dalam Islam’, tetapi Rasulullah menjawab dengan jawaban yang berbeda sesuai dengan konteksnya.
  1. Prinsip 6: Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tata krama. Artinya, orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya. Prinsip ini mengasumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku komunikasi manusia, dengan kata lain perilaku manusia minimal secara parsial dapat diramalkan. Contoh, tidak mungkin seorang istri menampar suaminya sepulang kerja tanpa sebab apapun.
عن عبدالله بن عمروقال تخلف النبى ص م فى سفرةسا فرنا ها فآدركناوقدارهقتنا ا لصلا ةونحن نتوضآفجعلنا نمسح على ارجلنا فنا دى بآعلى صوته وبل للا عقا ب من النارمرتين اوثلا ثا
Dari Abdullah bin ‘Amr (bin ‘Ash) katanya: “Terlambat Nabi dalam suatu perjalanan. Ketika beliau sampai ditempat kami, kebetulan waktu sembahyang telah tiba, dan kami sedang berwudhu. Kami membasuh kaki dengan tidak secukupnya. Lalu Nabi berteriak sekeras-keras suaranya: ”Celakalah tumit yang kena api neraka”. Dua atau tiga kali beliau teriak seperti itu.” HR. Buchori
Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa prediksi komunikasi telah dibentuk baik oleh Nabi ataupun kaumnya.
  1. Prinsip 7: Komunikasi Itu Bersifat Sistemik
Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system). Komunikasi juga menyangkut suatu sistem dari unsur-unsurnya. Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi yaitu: sistem internal (seluruh sistem nilai yang dibawa oleh seorang individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya) dan sistem eksternal (sistem yang terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta, dan temperatur ruangan).
Komunikasi adalah produk dari perpaduan antara sistem internal dan sistem eksternal tersebut. Lingkungan dan objek memengaruhi komunikasi kita namun persepsi kita atas lingkungan kita juga memengaruhi cara berperilaku. Lingkungan dimana para peserta komunikasi itu berada merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar.
حدثوا الناس بما يعرفون، أتحبون أن يكذب الله ورسوله
Berbicaralah kepada manusia dengan apa-apa yang mereka pahami, apakah kau suka Allah dan RasulNya didustakan?HR. Buchori
Jadi, hendaknya kita memerhatikan latar belakang komunikan, sehingga pesan yang kita sampaikan bisa lebih efektif.
  1. Prinsip 8: Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi), yaitu adanya persamaan persepsi akan suatu hal. Semakin banyak persamaan antara komunikator dan komunikan, maka komunikasi yang berlangsung lebih mudah, karena keberanekaragaman pesan dimengerti keduanya.
  1. Prinsip 9: Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
    Meskipun terdapat banyak model komunikasi, sebenarnya komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah. Beberapa pakar komunikasi mengakui sifat sirkuler atau dua arah komununikasi ini. Komunikasi sirkuler ditandai dengan beberapa hal berikut :
1. Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara.
2. Proses komunikasi berjalan timbal balik (dua arah).
3. Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan balik.
4. Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit.
Pada dasarnya, unsur tersebut tidak berdada dalam suatu tatanan yang bersifat linier, sirkuler, helikal atau tatanan lainnya. Unsur-unsur proses komunikasi boleh jadi beroprasi dalam suatu tatanan tadi, tetapi mungkin pula, setidaknya sebagian, dalam suatu tatanan yang acak.
عن ابى هريرة قال : قال رسول الله ص م ( حق المسلم على المسلم ست. قيل:وماهن يارسول الله؟ قال: اذا لقيته فسلم عليه, واذادعاك فاجبه, واذا استنصحك فانصحه, و اذا عطس فحمد الله فشمته ,واذا مرض فعده, واذا مات فاتبعه ) رواه مسلم.
Dari Abu Hurairah, ia berkata: telah bersabda Rasulullah SAW: haq muslim atas muslim lainnya ada enam perkara. Para sahabat bertanya, ‘Apa saja wahai Rasulallah?’beliau menjawab: apabila kau bertemu dengannya, hendaklah engkau beri salam kepadanya, apabila ia mengundangmu, hendaklah engkau memenuhinya, dan apabila ia minta nasihat kepadamu, hendaklah engkau menasihati dia, dan apabila ia bersin lalu memuji Allah (megucapkan Alhamdulillah), maka jawablah (dengan mengucapkan yarhamukallah), dan apabila ia sakit, hendaklah engkau menjenguk dia, dan apabila ia meninggal dunia, hendaklah engkau antarkan jenazahnya.” HR. Muslim
Hadits diatas merupakan salah satu contoh komunikasi yang terjadi dua arah, yaitu antara Rasulullah dan para sahabat.
  1. Prinsip 10: Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional
Komunikasi tidak mempunyai awal dan akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung (continues). Dalam proses komunikasi, para peserta komunikasi saling memengaruhi, seberapa kecil pun pengaruh itu, baik lewat komunikasi verbal maupun nonverbal. Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya). Implisit dalam proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyadian (encoding) dan penyadian balik (decoding). Perspektif transaksional memberi penekanan pada dua sifat peristiwa komunikasi, yaitu serentak dan saling memengaruhi para pesertanya menjadi saling bergantung dan komunikasi mereka hanya dapat dianalisis berdasarkan konteks peristiwanya.
حديث انس عن عبدالعزيزو قا ل: سآ ل رجل انسا, ماسمعت نبى الله ص م فى الثوم؟ فقا ل: قال النبى ص م: من اكل من هذه الشجرة فلا يقربنا, او لايصلين معنا.
Hadits Anas, dari ‘Abdul ‘Aziz dimana ia berkata: “ada seseorang bertanya kepada Anas: “Apakah yang kamu dengar dari Nabi SAW. mengenai bawang putih?”. Ia berkata: “Nabi SAW. bersabda: “Barangsiapa yang makan pohon ini maka janganlah ia mendekat kepada kamu”, atau “janganlah ia shalat bersama kami.” HR. Buchori
    Dari hadits diatas, menunjukkan adanya komunikasi yang berjalan prosesual, irreversibel,dan transaksional.
  1. Prinsip 11: Komunikasi Bersifat Irreversibel
Sekali kita mengirimkan suatu pesan, kita tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali. Sifat irreversibleini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Prinsip ini seharusnya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati2 untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain, sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali.
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِى بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat.HR. Muslim
Untuk itu hendaklah kita selalu memikirkan manfaat dan madharat pesan yang kita lontarkan kepada orang lain (komunikan).
  1. Prinsip 12: Komunikasi Bukan Panasea Untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi itu sendiri bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu. Karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural. Agar komunikasi efektif, kendala struktural ini juga harus diatasi.
عن ابي ايوب ان رسول الله ص قال : لا يحل لمسلم اع يهجر اخاه فوق ثلاث ليل : يلتقيان, فيعرض هذا, و يعرض هذا, و خيرهما الذي يبداً باالسلام. متفق عليه
Dari Abi Ayyub, bahwasannya Rasulullah saw telah bersabda : “tidak halal bagi seorang muslim tidak damai dengan saudaranya lebih dari tiga malam, yaitu mereka bertemu, lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling, tetapi orang yang paling baik diantara mereka keduanya adalah yang memulai memberi salam. HR. Muttafaqun ‘alaih
Dari hadits di atas, apabila tidak damai termasuk sebagai suatu masalah bagi orang yang terlibat, maka dengan adanya komunikasi yang diwujudkan dengan salam belum tentu bisa secara instan mendamaikan mereka, akan tetapi ini jalan penyelesaian yang paling baik.
    d. Metode Komunikasi Islam
Sebagaimana komunikasi islam merupakan suatu ilmu yang sedang berkembang, maka metode yang digunakan adalah metode ilmu-ilmu sosial pada umumnya. Jika diteliti lebih jauh ilmu-ilmu sosial mengembangkan ilmunya dengan metode ilmiah. Dengan demikian berarti komunikasi islam juga menggunakan metode ilmiah untuk mengembangkan ilmunya. Orang bisa mulai dengan asumsi yang menjadi dasar metode ilmiah, dan masih meneliti, membenarkan, menerangakan dan menganalisis sesuai prinsip-prinsip yang bisa diterima. Sehingga kebenaran dari suatu metode harus berciri-ciri sebagai berikut:
  1. Berdasarkan fakta, dimana keautentikannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan memang benar-benar terjadi di dunia nyata.
  2. Bebas dari prasangka, fakta haruslah disertai dengan alasan-alasan dan bukti yang bersifat objektif.
  3. Menggunakan prinsip analisa, maksudnya semua masalah harus dicari sebab musababnya dengan analisa yang tajam dan cermat.
Demikianlah metode pengembangan komunikasi islam yang digunakan metode ilmu sosial, karena ilmu komunikasi islam ini sangat dekat kaitannya dengan ilmu-ilmu sosial tersebut. Oleh karena itu metode yang digunakan bersifat ilmiah yang menggunakan penalaran secara kritis melalui akal pikiran manusia dan indra sebagai alat untuk melihat mengobservasi lapangan yang menjadi objek pembahasan dari komunikasi islam itu sendiri.
    e. Dakwah Sebagai Bentuk Komunikasi Dalam Perspektif Islam.
Esensi dakwah sebagaimana kita ketahui bersama ialah proses mengajak, menyeru, mengundang, dan membimbing orang lain untuk menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Berarti dalam dakwah terkandung komunikasi baik itu berupa verbal maupun non verbal, lisan maupun tulisan, formal maupun non formal dalam metode atau strategi dakwah. Karena hakikatnya dakwah mempunyai cakupan yang luas dari segi metode atau strategi yang digunakan. Apabila kita kerucutkan, dakwah merupakan istilah komunikasi dalam Islam. Urgensi komunikasi dalam dunia dakwah, berarti bahwa peranan komunikasi begitu signifikan.
Hal ini dikarenakan salah satu cara yang banyak digunakan dalam usaha dakwah ialah melalui komunikasi. Metode komunikasi dakwah ini ditegaskan dalam Al-Quran sebagaimana firman Allah dalam Q.S an-Nahl 125:
Sementara itu, esensi dari komunikasi ialah proses penyampaian informasi, ide, gagasan, dari satu pihak kepada pihak lain. Berarti dalam hal ini ada beberapa unsur komunikasi yang penting, berupa sumber, pengirim, penerima, dan umpan balik terhadap hal itu. Apabila kita korelasikan dengan dakwah, dalam dakwah pun terdapat unsur-unsur pokok tersebut.
Dalam hal ini ada titik persamaan antara dakwah dan komunikasi dari segi proses komunikasi atau dakwah yang terbentuk. Namun, tentunya komunikasi cakupannya lebih luas dibanding dakwah, karena dalam komunikasi tidak terdapat batasan, baik dalam hal pesan, pengirim, penerima dan interaksi yang terjadi. Sedangkan dakwah materi yang disampaikan lebih spesifik lagi.
    f. Manfaat komunikasi Dalam Perspektif Islam
Kita semua tahu bahwa kerangka bangunan komunikasi islam terletak pada tata nilai normatif, sosiologis, agama (Al-Quran dan Hadits) dan kebudayaan. Beranjak dari pendapat tersebut mengingat bahwa sumber primer komunikasi islam adal Al-Quran dan Hadits, maka salah satu manfaat komunikasi islam adalah mendekatkan kita kepada kebenaran Tuhan, karena sumbernya berasal dari Allah azza wa jalla sendiri. Selanjutnya karena kita tahu bahwa semua aspek kehidupan ini sebenarnya tidak terlepas dari tuntutan al-Quran dan Hadits, maka manfaat komunikasi islam itu sendiri menjadi sangat luas dan banyak. Salah satu diantaranya menurut Onong Uchjana ada 4 (empat) manfaat komunikasi yakni:
  1. Mengimformasikan, dalam hal ini jika dikaitkan dengan komunikasi islam berarti menginformasikan hal-hal yang benar bersumber dari Al-Quran dan Hadits.
  2. Mendidik, dalam komunikasi islam berarti mengajari manusia untuk dapat mencari solusi permasalahn hidupnya sesuai dengan tuntutan agama.
  3. Mempengaruhi, dari sudut komunikasi islam berarti mengajak individu mengubah sikap, opini, prilaku baik individu maupun masyarakat kejalan yang benar, jalan yang diridhai Allah.
  4. Menghibur, menurut komunikasi islam berarti membantu manusia untuk menjadi lebih baik, lebih merasa tenang dan damai dalam hidupnya sesuai dengan pandang hidup yang islami.

    Melihat mengetahui bahwa komunikasi barat yang dibangun atas kepentingan individualistik dan bebas, pada kenyataannya tidak dapat membangun sistem sosial kemasyarakatan yang harmonis, disamping itu kekuatan agama (islam) yang diyakini memiliki konsep aplikatif tentang bagaimana tata hidup dalam segala aspek kehidupan mengandung kebenaran. Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran agama yang mutlak, dan pesan serta janji yang ditawarkan merupakan sesuatu yang kekal dan pasti, maka islam sebagai agama rahmatan lil alamin adalah agama yang mengandung ajaran moral yang sarat dengan nilai-nilai.
Komunikasi memiliki cakupan ilmu yang sangat luas, dalam perspektif islam dakwah adalah hasil dari bentuk penjabaran prinsip komunikasi yang berasaskan Al-Quran dan Hadits. Pengaplikasian ilmu komunikasi islam dengan memerhatikan metode dan prinsip komunikasi sangat memberi pengaruh besar bagi tujuan dakwah itu sendiri. Dengan begitu manfaat dan tujuan guna menciptakan kemaslahatan umat manusia baik dari segi individual maupun bermasyarakat dapat terwujud dunia dan akhirat.
Makalah ini adalah hanya bagian kecil dari uraian tentang komunikasi islam. Akan tetapi setidaknya ini dapat menjadi modal dasar kita untuk menempatkan diri dalam disiplin ilmu komuniskasi islam yang mengambil peran besar untuk kemaslahatan umat.














0 komentar:

Posting Komentar