Rabu, 07 Juni 2017

Farmakognosi

Farmakognosi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sumber bahan alami yang digunakan sebagai obat. Sumber bahan alami tersebut diperoleh dari berbagai macam bentuk mikroskopis dan makroskopis
tumbuhan dan organisme lainnya. Sejarah mencatat bahwa tumbuhan atau bahan alam pernah digunakan sebagai khasiat obat pada masa silam oleh nenek moyang. Di Indonesia sendiri, bukti adanya penggunaan bahan alam sebagai obat pada masa lalu dapat ditemukan dalam naskah Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan) dan dokumen lainnya.
Kesadaran masyarakat tentang khasiat penggunaan tanaman sebagai obat merupakan perwujudan sikap masyarakat terhadap farmakognosi. Keadaan ini didukung dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai efek samping dari pemakaian obat sintetis. Bahan alam yang sangat berpotensial akan menghasilkan bahan obat yang merupakan senyawa penting bagi perkembangan obat modern. Seperti perkembangan teknologi DNA rekombinan dan rekayasa genetika mempelopori lahirnya antibodi vaksin dan serum yang memiliki manfaat besar bagi daya imunitas tubuh manusia. Penemuan vaksin dan serum tersebut merupakan manifestasi dari farmakognosi. Dalam S.K Menkes No.125 /Kab/BVII/1971 tentang wajib daftar obat ada 5 kategori yaitu:

1. Obat : merupakan paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk menetapkan diagnosa dan memberikan efektifitas seperti yang diharapkan
2. Obat Jadi :  obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, tablet, pil, cairan atau dengan nama teknis yang sesuai dengan Farmakope Indonesia
3. Obat Paten : obat jadi dengan nama dagang terdaftar atas nama si penjual dan diproduksi dengan kemasan asli dari pabriknya
4. Obat Baru : obat yang mengandung suatu zat dengan komponen lain yang belum diketahui khasiat dan kemurniannya
5. Obat Tradisional : khasiat obat yang bersumber dari bahan alam yang kemudian diramu atau di olah hingga memiliki efek teraupetik pada konsumennya

Farmakognosi merupakan bagian dari biofarmasi, biokimia, kimia sintetis sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang didefinisikan Fluckiger yakni penggunaan secara serempak berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.
Hubungan Farmakognosi dengan Botani dan Zoologi
Mengingat pentingnya identitas botani-zoologi, simplisia harus memiliki identitas botani dan zoologi yang tepat, dimaksudkan untuk mengetahui dengan tepat nama latin tanaman atau hewan yang digunakan sebagai simplisia.  Penetapan identitas botani-zoologi secara tepat merupakan langkah pertama yang harus ditempuh sebelum melakukan kegiatan lainnya di bidang farmakognosi. Kondisi simplisia dapat rusak oleh faktor tertentu. Apabila hal tersebut terjadi, maka keadaannya tidak lagi memenuhi syarat dan dianggap berkualitas rendah. Misalnya saja simplisia yang akan digunakan bercampur dengan minyak pelumas, basah oleh air laut, rusak karena bakteri, dan tercampur dengan komposisi bahan lain yang tidak semestinya.
Hubungan Farmakognosi dengan Ilmu-ilmu lain
Simplisia merupakan bahan utama yang tersedia di tempat meramu obat dan umumnya diramu atau diracik sendiri oleh tabib

1. JAMU (Empirical Based Herbal Medicine)
Jamu adalah sediaan bahan alam yang khasiatnya belum dibuktikan secara ilmiah, dalam kata lain, belum mengalami uji klinik maupun uji praklinik, namun khasiat tersebut dipercaya oleh orang berdasarkan pengalaman empiric. Dalam sediaan jamu, bahan baku yang digunakan pun belum mengalami standarisasi karena masih menggunakan seluruh bagian tanaman. Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk seduhan, pil, atau cairan. Umumnya, obat tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah secara uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris.
Kriteria jamu antara lain adalah sebagai berikut:
-Aman
-Klaim khasiat dibuktikan secara empiris
-Memenuhi persyaratan mutu.
Logo jamu berupa ranting daun terletak dalam lingkaran dan harus mencantumkan tulisan “JAMU” seperti gambar di samping.
Contoh obat-obatan golongan jamu adalah pilkita, laxing, keji beling, curcuma tablet.



2. OBAT HERBAL TERSTANDAR (Standarized Based Herbal Medicine)

Obat Herbal Terstandar (OHT) merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. OHT memiliki grade setingkat di bawah fitofarmaka. OHT belum mengalami uji klinis, namun bahan bakunya telah distandarisasi untuk menjaga konsistensi kualitas produknya. Uji praklinik dengan hewan uji, meliputi uji khasiat dan uji manfaat, dan bahan bakunya telah distandarisasi.
Logo Herbal Terstandar berupa jari-jari daun (3 pasang) terletak dalam lingkaran dan harus mencantumkan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” seperti gambar di atas.
Ada lima macam uji praklinis yaitu uji eksperimental in vitro, uji eksperimental in vivo, uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronik, dan uji toksisitas khusus.
Kriteria Obat Herbal Terstandar antara lain:
-Aman
-Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau pra-linik
-Bahan baku yang digunakan telah mengalami standarisasi
-Memenuhi persyaratan mutu.
Di Indonesia telah terdapat kurang lebih 17 macam OHT, Contoh obat golongan herbal terstandar antara lain Lelap, Diapet, tolak angin, antangin JRG, dll.
3. FITOFARMAKA
 Fitofarmaka merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi. Salah satu syarat agar suatu calon obat dapat dipakai dalam praktek kedokteran dan pelayanan kesehatan formal (fitofarmaka) adalah jika bahan baku tersebut terbukti aman dan memberikan manfaat klinik.
Syarat fitofarmaka yang lain adalah:
-Klaim khasiat dibuktikan secara klinik
-Menggunakan bahan baku terstandar
-Memenuhi persyaratan mutu.
Logo Fitofarmaka berupa jari-jari daun (yang kemudian membentuk bintang) terletak dalam lingkaran dan harus mencantumkan tulisan “FITOFARMAKA” seperti gambar di atas.
Di Indonesia baru ada 5 jenis fitofarmaka yang beredar, antara lain Stimuno, Nodiar, X-gra, Tensigard, dan Rheumaneer.
DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk dapat memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah:
  1. Bahan baku simplisia
  2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia
  3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia
Pemilihan sumber tanaman obat sebagai bahan baku simplisia nabati  merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia, termasuk di dalamnya pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis tahan tempat tumbuh tanaman obat.
Pembuatan simplisia secara umum dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut:
  1. Pengeringan
  2. Fermentasi
  3. Proses khusus (penyulingan, pengentalan eksudat dll)
  4. Dengan bantuan air (misalnya pada pembuatan pati)
Adapun tahapan – tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:
1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada:
Bagian tanaman yang digunakan
Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
Waktu panen
Lingkungan tempat tumbuh
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang
3.   Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang    melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengali
4. Perajangan
Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air, pengotoran, serangga dan kapang
Parameter standar simplisia
Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat atau sebagai bahan baku harus memenuhi standar mutu. Sebagai parameter standar yang digunakan adalah persyaratan yang tercantum dalma monografi resmi terbitan Departemen Kesehatan RI seperti Materia Medika Indonesia.


Penetapan kadar air
Prinsip metode uji ini adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi, atau gravimetri.
Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer atau lingkungan udara terbuka.
Tujuan mengetahui susut pengeringan adalah memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan
Penetapan kadar Minyak atsiri
 Penetapan kadar minyak atsiri ini dengan cara destilasi Stahl. Pada metode ini, simplisia yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidh. Bahan tersebut mengapung diatas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan metode panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini adlah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih (Ketaren, 1987). Penyulingan ini dilakukan pada tanaman yang dikeringkan dan tidak dirusak oleh pendidihan ( Claus dan Tyler, 1970).
Minyak Atsiri (Olea Volatilia) *part I *

Minyak atsiri disebut juga minyak menguap atau minyak terbang. Olea Volatilia adalah campuran bahan-bahan berbau keras yang menguap, yang diperoleh baik dengan cara penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara sintetis. Minyak atsiridiperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Contoh : daun, bunga, kulit buah, buah atau dibuat secara sintetis
 Pada minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya terpenoid itu terdapat pada fraksi atsiri yang tersuling uap. Zat inilah penyebab wangi, harum atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Secara ekonomi senyawa tersebut penting sebagai dasar wewangian alam dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai senyawa cita-rasa didalam industry makanan. Suku tumbuhan yang kaya akan minyak atsiri ialah suku Compositae, Matricaria, Labiatae; misalnya menthe spp, Mytaceae, Eucalyptus, Pinaceae, Pinus, Rosaceae, bunga mawar, Rutaceae, Citrus dan Umbelliferae, Pimpinella anisum, carvum
Sifat-sifat minyak atsiri :
1.      Mudah menguap
2.      Rasa yang tajam
3.      Wangi yang khas
4.      Tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik.
5.      Minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda.Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zatasing dalam minyak atsiri tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih(Oleum Cajuputi) yang murni tidak berwarna. Warna hijau yangada seperti yang terlihat diperdagangan karena adanya : klorophyldan spora-spora Cu (tembaga). Warna kuning atau kuning coklatterjadi karena adanya penguraian.














ISTILAH-ISTILAH PENGGUNAAN TERAPI
Anhidrotika              : Mengurangi keluarnya keringat
Analgetika                : Mengurangi rasa nyeri
Antelmintika : Membasmi cacing dari dalam tubuh manusia
Anti fungi                  : Membasmi jamur
Anti hipertensi         : Menurunkan tekanan darah
Anti piretika : Menurunkan suhu badan
Anti Emetika            : Mencegah atau menghilangkan mual atau muntah
Anti diare                  : Menghentikan BAB yang bersifat diare
Anti Neuralgia         : Menghilangka rasa sakit /nyeri
Anti reumatika         : Menghilangkan sakit pada encok / rematik
Anti spasmodika    : Pereda / pelawan keadaan kejang pada tubuh (pereda kejang)
Anti septika              : Membasmi kuman (desinfekta)
Antidotum                : Penawar racun
Antitusif                    : Pereda batuk tidak berdahak
Anti diabetika          : Untuk mengobati kencing manis
Anti hemoroida       : Untuk mengobati wasir
Anti Iritansia             : Mencegah perangsangan pada kulit dan selaput lendir
Astringensia            : Menciutkan selaput lender atau pori / pengelat
Cardiaka                   : Untuk jantung
Cardiotonika            : Untuk penguat kerja jantung
Cholagoga               : Membantu fungsi dari empedu
Dismenorrhoe          : Untuk menobati nyeri Haid
Diaforetika                : Memperbanyak keluarnya keringat / peluruh keringat
Digestiva                  : Merangsang pencernaan makanan
Diuretika                   : Melancarkan keluarnya air seni
Dilatator                    : Melebarkan pembuluh darah
Depuratif                   : Pembersih darah
Ekspektoransia      : Mengurangi batuk berdahak
Emenagoga             : Memperbanyak keluarnya haid / peluruh haid
Emetika                     : Menyebabkan muntah
Gonorrhoe               : Kencing nanah
Hair tonic                  : Menguatkan atau menyuburkan rambut
Holitosis                   : Menyegarkan nafas
Hemostatika            : Menghentikan pendarahan
Hipotiroidisme        : kekurangan aktivitas kelenjar gondok (Tiroksin)
Insektisida                : Membasmi serangga
Konstipasi                : Sembelit / Susah BAB
Karminativa             : Mengeluarkan angin dari dalam tubuh manusia
Laktagoga                : Memperlancar ASI
Laktifuga                  : Menghentikan atau mengurangi ASI
Litotriptika                : Menghancurkan batu pada kandung kemih
Laxantia/Laksativ   : Melancarkan BAB / Pencahar
Nephrolithiasis       : Penyakit kencing batu
Parkinson                 : Penyakit dengan ciri adanya gemetar pada tangan dan kaki
Parkinsonisme        : Penyakit yang mirip Parkinson
Parasimpatolitik      : Pelawan efek perangsang saraf parasimpatik
Pertusis                    : Batuk rejan / batuk 100 hari
Roboransia/Tonikum        : Obat kuat
Sedativa                                : Obat penenang
Skabicida                             : Obat kudis
Skorbut                                 : Sariawan, gusi berdarah karena kekurangngan Vit C
Stomakika                            : Memacu enzim-enzim pencernaan
Trikhomoniasis                  : Penyakit kulit yang disebabkan jamur Trichofyton


0 komentar:

Posting Komentar